Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cahaya Pembias Dosa

15 September 2021   13:15 Diperbarui: 15 September 2021   13:26 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Lalu?" tanyaku penasaran.

"Ayat itu pergi."

"Mungkin dosaku tidak akan terampuni. Biarkan cahaya itu membiaskannya. Aku pun tidak bisa menolong orang-orang itu."

Yang selalu memperhatikan keberadaanku bukanlah manusia. Tetapi yang peduli hanya seekor binatang kecil. Aku pun mulai menyebut nama ayat itu. Seperti malam-malam yang lalu, aku melekukkan jari-jariku untuk menghitung ayat-ayat itu. Jari-jariku saling bergantian. Teratur dari kanan ke kiri. Sesudah beberapa saat aku mulai terlupa dengan keadaan. Mataku terpejam. Entah berapa ratus aku menyebut nama ayat itu.

Aku pun hanya bisa beradu kekuatan antara hidup dan mati. Secarik kertas menenggelamkan pandanganku. Bencana itu telah menghancurkan kumpulan ayat-ayat suci. Kertas itu pun berterbangan saling berkejaran dengan nyamuk-nyamuk kecil tadi. Kertas kumel itu bertuliskan nama ayat itu. Dan kudengar seseorang sedang beranjak untuk mengangkat beban dosa dengan membaca ayat itu.

"Bismillahirrahmaanirrahiim."

Hatiku bergetar dengan mata takjub. Ya, karena ayat itu yang aku ucapkan sebanyak 876 kali dalam setiap malam.

***

Binatang kecil itu nampak keheranan. Tidak. Aku tidak akan melakukan dosaku lagi. Tuhan tidak akan mengampuninya. Lantas apa yang sudah kuperbuat sekarang. Membiarkan orang-orang mati dengan dosa masing-masing. Dan bencana itu akan datang lagi mengambil sisanya. Lalu keindahan alam Yogyakarta akan musnah. Sejarahnya pun akan tertutup oleh dosa-dosa orang yang tidak bertanggung jawab.

Sebaliknya, ayat itu telah pergi untuk selamanya. Karena cahaya itu telah membiaskan dosa-dosaku. Orang-orang menemukanku dalam keadaan kaku di atas puing-puing rumahku sendiri. Jari-jari tangan masih terlekuk. Mataku masih membusungkan air mata. Tetapi cahaya itu berteriak kegirangan. Karena mampu untuk membiaskan dosaku dengan sempurna. Cahaya itu mengelilingi pemukiman penduduk yang menjadi korban. Karena ingin memperlihatkan bahwa aku tidak mampu untuk membantu mereka.

"Ya Tuhan, aku berdosa. Aku kalah di atas puing-puing rumahku sendiri."

Aku pun terbang menuju cahaya itu.

***

(ADS)

Inspired by Danarto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun