Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dialog Akar dan Batu

20 November 2022   00:02 Diperbarui: 20 November 2022   00:09 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menembus Batu

Ini bukan keindahan semata, bisik ujung akar begitu lembut menemukan celah: senyum batu ribuan tahun selalu membuka harapan untuk mereka yang mencumbu ujung batas. 

Pada perjumpaan demi perjumpaan, kesempatan mengada dilantunkan bersama cinta batang, dahan, ranting dan daun. Akar menentukan laku dalam ritual panjang menembus batu. 

Hidup perlu dikawal untuk memperpanjang mimpi. Tentu, bukan kemudahan berdendang, apalagi sebuah pesta. Hitungan demi hitungan adalah narasi panjang yang digenapi irama semesta terus memuja. 

Senyum daun menyampaikan kabar indah kepada manusia yang masih terus bernafas: kita bertumpuh kepada akar yang tanpa lelah menyampaikan kabar tentang kemungkinan-kemungkinan untuk memprasastikan rindu bersama. 

Jember, 15 November 2022 

Dokumentasi penulis
Dokumentasi penulis
Dialog Akar dan Batu

Pada saatnya, aku akan mengajakmu berbincang sederhana tentang kisah-kisah yang diabadikan dalam tangis bahagia. Sekuntum kembang menanti jawaban dari sebuah perjalanan yang begitu jauh, sedang ribuan hati menikmati mimpi di dinding gua.

Manusia-manusia selalu saja mencari keindahan, tetapi aku adalah batu pahatan semesta yang kau tembus dalam tembang-tembang senyap kehidupan. Aku memastikan ada masa lalu menawarkan kinanti yang masih merembes bersama batang-batang membesar. 

"Maka, izinkan aku, akar-akar yang selalu haus menyampaikan salam yang dikawal para malaikat, menyatu dalam embun yang selalu datang dan pergi. Aku masih menemukan pintu-pintu terbuka yang dilukis suara angin bersama dingin. Sunyi yang bergerak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun