Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerakan Karismatik Pentakosta

16 Juli 2020   20:16 Diperbarui: 16 Juli 2020   20:17 2131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar

Tuhan Yesus pernah berjanji akan senantiasa menyertai umat-Nya hingga akhir zaman (lihat Mat 28:20b). Itu Ia janjikan saat sebelum Ia naik ke surga. Saat-saat itu, yaitu saat sebelum naik ke surga merupakan saat bagi Yesus untuk mempersiapkan para Rasul dan juga Gereja tentunya dalam menjalani kehidupan di dunia ini yaitu tetap berteguh dalam iman, pengharapan dan kasih. 

Dalam semuanya itu, Yesus berjanji untuk mengutus Roh Kudus yang akan senantiasa menemani peziarahan para murid di dunia ini. Untuk menjaga agar janji itu tetap hidup banyak upaya yang telah dilakukan oleh Gereja. Kemunculan Gerekan Karismatik adalah salah satunya. Gerakan ini mencoba menggalakkan kembali semangat iman pada janji Yesus tersebut dengan menekankan semangat Roh Kudus yang memang telah diutus oleh Yesus kepada para murid sejak awal mula. Inilah yang menjadi pembahasan dalam paper sederhana ini, yaitu kemunculan Gerakan Karismatik sebagai upaya dalam menggalakkan pengalaman hidup rohani umat bersama dengan Tuhan dengan fokus utama pada karya-karya Roh Kudus itu sendiri.

Sejarah Kemunculan

Gerakan Karismatik lahir di Amerika pada abad ke-20. Gerakan ini boleh disebut sebagai gerakan-gerakan lanjutan dari beberapa gerakan yang memiliki semangat yang hampir sama,  yaitu mengutamakan pekerjaan Roh. Awalnya, pada abad II,III lahir gerakan Montanisme. Gerakan ini belum memiliki pengaruh yang berarti pada kemunculan gerekan Karismatik, namun dapat dilihat kaitan kedua gerakan tersebut.[1]

Gerakan yang memiliki pengaruh dekat dengan gerakan Karismatik baru muncul pada abad ke-18 yaitu lahirnya Gereja Metodis yang didirikan oleh seorang pendeta Inggris bernama John Wesley (1703-1791). John Wesley mengatakan bahwa kehidupan orang Kristen dilalui dengan dua tahap. Tahap yang pertama ialah Pembenaran dan permulaan Pengudusan dan tahap kedua ialah Pengudusan yang sempurna.

Pemikiran John Wesley yang menjadi paham dari Metodisme tersebut mendapat kelanjutan di abad ke-19 lewat lahirnya Gerekan Kekudusan (Holiness Movement) di Amerika. Gerekan tersebut dirintis oleh seorang dosen pada sebuah seminari di Oberlin, Ohio (USA) yang bernama Charles Grandison Finney sekitar tahun 1840. Dalam bukunya yang berjudul "The Baptism of the Holy Ghost", ia memberikan perbedaan pekerjaan Roh Kudus pada diri orang yang bertobat dan pada orang yang dikuduskan. Menurutnya, pekerjaan Roh Kudus pada diri orang yang bertobat itu berbeda dengan orang yang dikuduskan. Dengan mengatakan demikian, ia menyebutkan bahwa ada dua baptisan yang diterima oleh orang Kristen yaitu baptisan pertobatan sebagai baptisan pertama kali diterima dan baptisan pengudusan yang disebut Baptisan Roh.

Pandangannya tentang kedua jenis baptisan tersebut juga menjadikan orang Kristen dua golongan. Golongan pertama ialah orang-orang Kristen yang belum menerima baptisan Roh, dan golongan ini merupakan golongan terbesar. Mereka baru berada pada tahap pertobatan dan belum belum mengalami pengudusan. Golongan kedua ialah mereka yang telah menerima baptisan Roh, dengan demikian mereka telah mengalami pengudusan, hidup mereka telah disucikan.

Menjelang akhir abad ke-19 lahirlah Gerakan Pentakosta (Pentecostal Movement) yang diprakarsai oleh mahasiswa-mahasiswa dari sebuah Sekolah Alkitab di Topeka (Kansas). Awalnya mereka menyelidiki di dalam Alkitab tentang baptisan Roh, dan dalam tuntunan seorang dosen, mereka sampai kepada kesimpulan bahwa orang yang mampu berbahasa Roh (Glossolalia) ada tanda bahwa orang tersebut telah menerima baptisan Roh. Prinsip ini menjadi ciri khasi Gerekan Pentakosta dan karunia-karunia Roh (kharismata) yang disebut dalam 1 Kor 12:8-10 dipraktikkan dalam ibadat-ibadat gerakan tersebut.

Kemunculan Gerakan Pentakosta ini merupakan suatu gerakan pemenuhan, yang mereka sebut sebagai baptisan, dengan Roh Kudus dan pembicaraan dengan bahasa Roh. Sejak kemunculannya, Gerekan ini segera menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Para penganut Gerakan ini memisahkan diri dari Gereja asal mereka dan membentuk suatu perkumpulan sendiri yang disebut sebagai Gereja Pentakosta.

Dalam perjalanan waktu, ide dan praktik-praktik Gereja Pentakosta ini mendapat banyak perhatian dari orang-orang yang berada di luar Gereja tersebut. Mereka mulai mempraktikkannya namun tidak memisahkan diri dengan gereja asal. Peristiwa tersebut terjadi pada 1960-1967. Dalam waktu yang relatif singkat, terdapat banyak kelompok-kelompok doa yang berusaha mencari pengalaman karismatis baru dan banyak di antara mereka yang mengklaim bahwa mereka benar-benar memperoleh apa yang mereka cari. Untuk membedakan gerakan ini dengan Gerakan Pentakosta yang lama, ia biasanya disebut sebagai New Pentacostalism (Pentakosta Baru).[2]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun