Mohon tunggu...
Lila Carmelia
Lila Carmelia Mohon Tunggu... -

berawal senang membaca dan kemudian mencoba untuk menuangkan beragam imajinasi dalam sebuah cerita....semoga slalu menghibur para penikmat cerita pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Antara Dua Nina

20 Januari 2018   16:50 Diperbarui: 20 Januari 2018   17:08 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suster Eni sudah kukenal hampir setahun. Sama lamanya saat Nina dirawat di rumah sakit ini. Aku sangat mencintai perempuan itu. Nina pasangan jiwa yang tak bisa terganti dengan siapa-siapa. Nina sabar, lembut dan bersahaja. Persis perempuan impianku sejak masa remaja. Aku mencintai Nina dengan tulus. Sama tulusnya saat aku harus menunggunya dengan sabar. Hampir satu tahun Nina koma dan tak tahu kapan dia akan bangun. 

Sebelum Nina koma saja aku tak berani membawanya ke rumah. Mengenalkannya dengan mama dan papa hanya akan membuatnya terluka. Aku sudah tahu bagaimana orangtuaku akan menyambutnya. Pasti dengan wajah yang tak ramah dan menyakiti perasaan Nina. Aku tak ingin wajah cantiknya terlihat sedih. Matanya yang indah pasti akan tampak redup. Tak tega rasanya membiarkannya menjadi bulan-bulanan. Aku harus mencari cara, bagaimana membuat mama dan papa bisa menerima Nina apa adanya. Tapi tak sampai membawa Nina datang ke rumah, Nina harus berada di kamar berdinding putih yang tampak beku dan dingin itu.

Saat Nina harus menghabiskan hari-harinya di rumah sakit, aku hanya bisa mendampinginya. Ungkapan sayangku pada Nina dengan selalu berada di sisinya. Tak ingin beranjak dari rasa yang kumiliki saat ini dan selamanya. Hidupku hanya untuk Nina.

"Halo cantik, bagaimana kabarmu?"Aku mengajaknya bercakap-cakap sambil menggenggam tangannya. Tangan yang halus itu kini tampak semakin halus saja. Mungkin Nina tak bisa mendengar suaraku, dia hidup di dalam alam bawah sadar yang mungkin saja tak pernah melibatkanku. Tapi tak apa-apa asal Nina sembuh. Dokter selalu bilang,

"Ajak Nina bicara."

"Ceritakan apa saja."


"Sampai dia mendengar dan terbangun dari tidurnya yang panjang."

Tiap sore aku mengunjunginya. Tak hanya untuk tahu perkembangan kesehatannya, tapi juga bercerita tentang banyak hal. Tentang kantor, tentang teman-temanku, tentang perasaanku pada Nina...tapi tidak tentang Esra.

Nina tak perlu tahu, kalau aku sudah menikah dengan Esra. Pernikahan yang tak kukehendaki tapi tetap harus kujalani. Tak pernah sekalipun aku mengganti perasaan cintaku pada Nina dengan rasa cintaku kepada Esra. Aku menyimpannya dalam-dalam...hanya aku dan Tuhan yang tahu.

"Aku pulang dulu, selamat beristirahat."Kataku sambil mencium tangan dan keningnya.

Nina tak pernah mengangguk apalagi membuka mata agar aku bisa melihat lagi bola matanya yang indah bercahaya. Nina hanya terdiam dalam tidurnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun