Mohon tunggu...
Wayan Eka Candra Dewi
Wayan Eka Candra Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manusia sebagai Mahkluk Jasmani dan Rohani

14 September 2025   08:47 Diperbarui: 14 September 2025   07:43 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam ajaran Hindu, karma adalah hukum sebab-akibat yang mengatur seluruh alam semesta: setiap pikiran, ucapan, dan tindakan membawa konsekuensi yang tak terelakkan. Hukum ini tidak dipandang sebagai hukuman, melainkan mekanisme kosmis yang menyeimbangkan perbuatan dengan hasilnya. Karma terbagi menjadi tiga bentuk utama:

1.Sancita Karma – kumpulan seluruh perbuatan dari kehidupan-kehidupan lampau yang tersimpan sebagai potensi. Ia seperti benih yang menunggu saat yang tepat untuk tumbuh.

2.Prarabdha Karma – bagian dari sancita yang telah matang dan sedang berbuah dalam kehidupan sekarang, menentukan kondisi lahir, pengalaman suka dan duka, serta berbagai peristiwa besar dalam hidup.

3.Kriyamana Karma – karma yang sedang kita ciptakan melalui tindakan saat ini, yang akan memengaruhi kehidupan mendatang.

Dari sudut pandang ini, reinkarnasi (punarbhawa) dipahami sebagai kesempatan bagi jiwa untuk menapaki proses penyucian. Kelahiran kembali bukan sekadar pengulangan hidup, tetapi peluang memperbaiki dan menyeimbangkan karma agar jiwa semakin mendekati kesadaran murni. Siklus kelahiran dan kematian berlangsung hingga karma terselesaikan dan Atman mencapai moksha, kebebasan penuh yang menyatukan jiwa dengan Brahman. Sehingga Kesadaran akan hukum ini menuntun manusia untuk berhati-hati dalam setiap pikiran dan tindakan, karena semua berjejak dan menentukan perjalanan jiwa di masa depan.

Tantangan Moral di Era Modern

Di tengah arus modernisasi dan kemudahan teknologi, muncul tantangan baru bagi pemeluk Hindu dalam menghayati ajaran Panca Sradha. Banyak orang mengaku beriman—percaya pada Brahman, karma, dan kelahiran kembali—namun kurang menampakkan keyakinan itu dalam perilaku sehari-hari. Fenomena seperti pamer kesalahan di media sosial, ujaran kebencian, atau perilaku konsumtif berlebihan menjadi contoh nyata jurang antara keyakinan dan praktik.

Refleksi kontemporer menegaskan bahwa keyakinan bukan sekadar pengakuan lisan atau ritual seremonial. Dharma menuntut keselarasan antara pikiran, ucapan, dan tindakan. Tanpa pengendalian diri dan pemahaman akan hukum karma, Panca Sradha hanya menjadi slogan kosong. Pesan yang diangkat para pemikir Hindu modern jelas: iman sejati harus tercermin dalam perbuatan—dari cara kita memperlakukan orang lain, menjaga alam, hingga mengelola dunia digital. Dengan menyeimbangkan kemajuan zaman dan nilai dharma, umat Hindu dapat tetap setia pada ajaran leluhur sekaligus relevan dalam kehidupan modern.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun