Mohon tunggu...
Bagus Styoko Purwo
Bagus Styoko Purwo Mohon Tunggu... Guru - Guru di Bekasi Kota

Menulis tema-tema kehidupan. Fiksi dan non Fiksi. Mengajar diperguruan tinggi di Bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penghuni Terakhir

11 September 2016   21:38 Diperbarui: 11 September 2016   21:43 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku belum bisa bercerita sekarang, bu,” jawabnya dengan senyum yang mengembang.

“Lalu, kau sudah diterima kerja di tempat Tuan besar, pak?”

“Alhamdulillah, bu.” Rusmana menjawab dengan nada tak bersuara.

“Syukurlah, pak. Kita tak lagi pusing memikirkan kebutuhan sehari-hari.”

Maghrib menyeruak di langit-langit lepas. Senja sebentar lagi memberingsut. Burung-burung yang biasa bersenandung mengantupkan mulutnya. Anak-anak kembali ke rumahnya masing-masing. Demikian dengan, Putra dan Putri keluarga Rusmana.

Mereka langsung menyambar kitab suci. Mengaji ayat per ayat.


***

 “Aku menyakini kamu bisa, rus. Kamu pandai membuat pengaruh pada semua penduduk asli. Lagi pula setiap apa yang kamu ucapkan tak sedikit pun mereka meragukanmu.” Tuan besar memberikan

“Tapi, aku tak kuasa memungkiri suara hati, Tuan.”

“Kamu ini cuma karena belum mencoba saja, rus. Lama-lama kamu juga akan terbiasa.” Tuan besar mengerti apa yang Rusmana hiraukan. Namun Tuan besar rupanya telah mempersiapkan semuanya untuk Rusmana.

“Ini, ambillah. Uang proyek yang dengan ini bisa kamu pergunakan dalam beberapa hari ke depan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun