Mohon tunggu...
Bagus Styoko Purwo
Bagus Styoko Purwo Mohon Tunggu... Guru - Guru di Bekasi Kota

Menulis tema-tema kehidupan. Fiksi dan non Fiksi. Mengajar diperguruan tinggi di Bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penghuni Terakhir

11 September 2016   21:38 Diperbarui: 11 September 2016   21:43 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak ustadz pilihan keluarga selalu hadir tepat waktu. Setelah ibadah maghrib tuntas anak-anak kerjakan. Anak-anak mulai membaca iqro. Melancarkan lidah walau ketika berbahasa Inggris anak-anak tanpa pelafadzan yang tersandung. Anak-anak paling suka dengan cerita para nabi dan rasul. Maka ketika papa tiba dari tempat proyek, si bungsu langsung menyambar telingan papa.

“Pa, ceritain aku tentang nabi khidhr.” Untuk kali ini papa tak bisa mengelak. Di comotnya buku kisah para nabi dan rasul. Papa membaca lembaran pertama dari kisah nabi yang ia pilih.

“Nabi Musa as itu nabi yang pintar kan, pa?” Kalau si bungsu bertanya papa mesti langsung menjawab.

“Iya, karena kepintarannya itu, Tuhan mengutus nabi Khidhr sebagai guru terbaik untuknya.”

Singkatnya, papa membaca kisah itu secara lompat-lompat. Melihat kedua mata si bungsu yang layu mengantuk, papa mempercepat cerita. Si bungsu lemas dipangkuan papa. Dipindahkan dirinya ke kamar bersama kakak. Bungsu dan kakak tidur pulas di dalam selimut lembut.

***


Rusmana berdiri membelakangi pancaran mentari pagi. Ia melipat kedua tangannya menyaksikan para pekerja proyek menyelesaikan pekerjaan. Sambil menunggu Tuan besar, ia melesap kopi kental yang hampir tersisa ampas. Rokok di saku bajunya ia genggam. Ia sundut ujung tembakau itu. Di hisapnya dengan nikmat nikotin yang mencandu padanya.

“Tuan besar masih dalam perjalanan, pak,” Suara sapa di belakangnya membuat ia membalikkan badannya.

“Terima kasih, bu,” balasnya sederhana. Dan Rusmana di pagi yang terbilang mendung sedang tidak suka banyak bercakap-cakap. Yang ia tunggu ialah pekerjaan pertama di hari pertama ia bekerja. Status karyawan bakal ia sandang kembali. Dan tentunya akan menjadi kabar bahagia di sore nanti.

Rusmana yang kebetulan menguasai teknik negosiasi – cara ia berbicara yang komunikatif yang menyebabkan Tuan besar menginginkan dirinya membantu memuluskan proyek Tuan besar. Tuan besar yang suka berfikir simpeltak menyukai cara rumit dalam memecahkan permasalahan teknis.

Komunikasi dua arah dengan penduduk asli, untuk hal itu Tuan besar kurang cakap. Pajero putih menempati parkir khusus. Tuan besar turun. Dengan menjinjing gadgetkeluaran terbaru, ia masuk ke ruangan manajemen. Melihat itu, Rusmana mematikan rokoknya. Di injaknya puntung rokoknya. Merapihkan susunan rambutnya dengan sisir. Merapihkan juga kemeja yang ia kenakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun