Mohon tunggu...
Bagus Styoko Purwo
Bagus Styoko Purwo Mohon Tunggu... Guru - Guru di Bekasi Kota

Menulis tema-tema kehidupan. Fiksi dan non Fiksi. Mengajar diperguruan tinggi di Bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penghuni Terakhir

11 September 2016   21:38 Diperbarui: 11 September 2016   21:43 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kau minum dulu ini,” Tuah mempersilahkan.

Mengalirlah kesegaran segelas air dingin itu. Melenyapkan kemarau kerongkongan. Dan Rusmana menyukai itu.

“Maksud kau, kau ingin kita bekerja sama dengan investor kota itu?!” Tuah mulai berubah nada padanya.

“Aku dan semua penduduk sini tak akan menjual tanah leluhur kita.”

“Tega-teganya kau berhasrat menjual tanah leluhur sendiri!”

Rusmana diam seribu bahasa. Tak kuasa ia menatap Tuah yang berada di hadapannya. Tuah memandang sinis Rusmana.


“Di bayar berapa kau oleh si investor kota itu?”

Ia lagi-lagi tak kuasa menjawab pertanyaan Tuah. Mengalihkan arah bola-bola mata ke bawah. Menatap matanya berarti menantang dirinya.

“Sekali lagi kau berujar berkeinginan menyerahkan tanah leluhur ini pada mereka, sesegera mungkin kau mati di tanah ini, rus.”

“Aku tak akan tinggal diam!” Tuah meninggalkan dirinya sendiri di beranda kediaman Tuah.

                       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun