Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dan Lain-lain tentang Rindu dan Cinta

7 November 2020   19:25 Diperbarui: 7 November 2020   19:41 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Jack Redgate/ Pexels 

Cerita-ceritamu terhalang oleh kabut. Bulan pun tak singgah di depan jendela. Di sana, pebukitan seperti raksasa hitam. Seperti ada yang disembunyikan, dari lolong anjing hutan atau luka yang lama terpendam 

Barangkali takada lagi yang harus dipercakapkan. Mungkin lebih baik menyalakan televisi. Tapi televisi tampaknya sedang bersiap-siap memesan peti mati 

Pun koran-koran, sebentar lagi menuliskan namanya sendiri di batu nisan 

Atau sebaiknya membawa secangkir kopi dalam mimpi, siapa tahu bisa menjadi Bandung Bondowoso; 'abrakadabra', membuat seribu rindu dalam semalam. Tapi riuh rendah rasa enggan, juga dendam dan ragu, kau batal menjadi rindu yang keseribu 

Pagi-pagi kau terjaga. Tidak berubah menjadi apa dan siapa. Hanya matahari pagi menyapa di beranda 

Hai, cinta! 

***

Lebakwana, November 2020 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun