Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Cinta, Api, Ombak, dan Burung Camar

8 Oktober 2020   06:51 Diperbarui: 8 Oktober 2020   06:58 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Tim Mossholder/ Pexels 

Cinta itu pahit 

Tubuhmu bergemuruh. Ingatan  yang menggenang. Jalan  patah, rumah yang sesak dengan prasangka. Impian tinggal bayang-bayang 

Diam, api menyala. Diam-diam 

Tampaknya hari ini takguna lagi air mata 

Kau pun menjadi batu. Tapi kauingin memekik. Dan jadilah ombak. Menggulung remuk segala yang berkecamuk

Ada masa kau menghindar menjadi kuda. Berlari liar tanpa kendali

Tidak juga merpati. Lembut. Mengurung badan menyalahkan diri 

Akhirnya kauterbang bebas menjadi camar. Berkesiutan di antara tiang-tiang kapal dan batu karang

Berharap cinta yang lebih manis segera datang 

***

Cilegon, September 2020 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun