"Sekarang aku mungkin takkan ditemukan. Tapi setidaknya aku sedang dalam perjalanan."
Untuk sesaat, hanya derak api yang terdengar.
Lalu Maurice berkata lembut, "Senang kau di sini."
Anggun tidak langsung menjawab. Hanya sebuah lirih, "Kamu juga."
Mereka tidak bersentuhan. Itu bukan adegan cinta. Namun, ada sesuatu yang lebih dalam di antara mereka daripada yang bisa diungkapkan oleh kata-kata. Mereka berdua tahu sesuatu sedang tumbuh di sana. Tapi tak satu pun menyebutkannya.
Belum.
***
Keesokan harinya, Anggun bangun lebih pagi dari biasanya. Dia berjalan melewati rumah yang baru dicat, menyentuh dinding, kusen jendela. Semuanya masih belum selesai. penuh celah, tetapi hidup.
Di bengkel, dia mulai menyuling minyak lavendernya lagi---kali ini dengan ide baru.
Maurice telah membantunya membersihkan penyuling tembaga tua, menampung air hujan, yang ternyata sangat lembut. Aroma yang perlahan tercium di ruangan itu lebih intens dari sebelumnya. Jernih. Membumi. Namun tetap ringan.
Dia mengisi botol kecil, menutupnya dengan hati-hati, dan menulis satu kata pada labelnya: Perdana.