Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Semerbak Lavender di Kintamani: Bab Delapan

4 Oktober 2025   18:18 Diperbarui: 4 Oktober 2025   17:50 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Dua hari kemudian, pagi-pagi sekali, mereka bertemu di belakang gudang. Malini membawakannya kue, sepotong keju yang dibungkus sapu tangan.

Pierre tak banyak bicara. Namun dia tersenyum.

"Terima kasih, Malini," katanya, dan bunyi namanya di bibirnya bagaikan sebuah janji.

Malini tak menjawab.

Namun dia tetap tinggal.

***

Angin bertiup dari laut, kencang dan jernih, seolah ingin menyapu bersih kenangan beberapa hari terakhir. Anggun berdiri di beranda belakang rumah, memegang secangkir kopi yang setengah dingin.

Cahaya matahari pagi menari-nari di pagar kayu tua, yang di beberapa tempat tertutup lumut. Udara dipenuhi suara gemerisik rumput, dentingan lonceng yang mungkin digantung Tisa di suatu tempat di dekat jendela, dan kicauan burung yang melompat-lompat di antara dahan-dahan pohon asam tua yang gundul di kebun Malini.

Tidurnya tidak nyenyak. Surat-surat itu---terutama yang terakhir---tak kunjung hilang dari benaknya. Kata-kata Pierre telah membelit pikirannya seperti sulur.

Apa pun yang terjadi antara Pierre dan Malini, kekuatannya bertahan hingga puluhan tahun.

Suara mesin yang samar membuatnya duduk dan memperhatikan. Dia melangkah lebih jauh ke beranda dan melihat Maurice melaju di jalan masuk dengan mobil VW kombi biru tua. Catnya pudar, pinggirannya berlumuran lumpur, tetapi ada sesuatu dalam bayangan itu yang hampir menenangkan---seolah dia memang pantas berada di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun