Aku dan Wisnu menyaksikan pendaki itu mendekat. Kami bisa mendengar dengus napasnya keluar masuk mulut dan lubang hidungnya. Dengan satu tangan berkeringat mencengkeram tebing, lalu tangan lainnya.
Tika muncul di depan kami.
"Itu laptopku," katanya. Senyumnya datar saja.
Dia mengambilnya dariku.
"Apa yang kamu lakukan dengan laptopku?"
"Tadinya aku akan melemparkannya ke tepian."
"Kami pikir kamu sudah pergi," kata Wisnu.
Tika menggosok matanya dan menempelkan telapak tangannya ke pipinya.
"Apa menurut kalian bumi itu datar."
Dia mengabaikan perubahan nada ke atas di akhir pertanyaan, seolah-olah dia tidak punya cukup energi untuk bertanya.
"Apa maksudmu?"