Gadis melanjutkan dengan cara lamunan senaandung. "Pesanku sendiri di dalam botol. Kamu yakin ini tidak mencemari lingkungan?"
Sambil tertawa, jejaka melontarkan botol itu sejauh mungkin. Keduanya menyaksikan botol terapung di atas puncak ombak kecil dan mengikuti arus untuk melewati bebatuan, tujuan dan takdir tidak diketahui.
"Apakah ini benar-benar milikku?" tanya si gadis, "atau Laut dikepung botol-botol milikmu ini, untuk setiap kencan musim liburan?"
"Tidak ada yang menggunakan kata 'dikepung'," jejaka yang kasmaran tersenyum saat mereka berpelukan.
Mereka percaya, karena masih muda.Â
Jejaka melambaikan tangan dari dermaga saat feri berlayar, awal perjalanan pulangnya.
Botol-botol terdampar. Orang-orang terdampar. Cinta hanyut.
Bulan di laut yang tenang mengejar matahari tak cukup hanya sekali tapi berhari-hari, dan musim demi musim membuat para kekasih semakin terombang-ambing.Â
Kina jejaka terseok-seok di sepanjang pantai yang sepi, seperti gaya berjalannya akhir-akhir ini. Matanya yang tertunduk, silau dan waspada oleh sinar cahaya yang membelok, mengamati ombak.Â
Seperti pesan bersandi, matahari terpantul sebentar-sebentar dari kaca hijau yang mengapung saat air pasang dengan lembut membawanya ke pantai berpasir. Botol yang terdampar di hadapannya, penuh teritip dan berlumut, tergeletak tak terbuka.
Sebuah pernyataan yang diluncurkan dengan sangat lembut, terdampar di kakinya.Â