Aku memarkir mobil di halaman batu di belakang hotel, dan terhuyung-huyung menuju pintu depan.
Angin mendorongku dan nyaris menerbangkanku, dan kuperhatikan taman bonsai kecil yang terletak di depan seolah-olah hendak tercerabut dari pot-potnya.
Restobar hotel itu sepi, tapi kelihatannya cukup menyenangkan. Bisa lebih buruk lagi jika Joko meminta bertemu di Batam. Suasananya nyaman, dengan nyala api di perapian kuno.
Balok kayu, meja bangku dan kursi tampak nyaman. Perasaanku mulai menjadi sedikit lebih baik.
Seorang pria yang ramah dan tegap berdiri i belakang bar. Dia mendongak ketika aku masuk dan berkata dengan riang, “Selamat malam, Pak”.
Aku membalas sapaannya, “Selamat malam. Apakah Anda pengelolanya?”
“Betul”, katanya, “Danar Hadi, siap melayani Anda. Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?”
“Saya mencari teman saya yang ada di sini. Namanya David Raja.”
"Menginap di sini maksud Anda, Pak?"
“Saya bayangkan begitu.”
Pria itu tampak bingung. "Tidak ada satu pun dari nama itu di daftar tamu kami,” katanya.