Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

G30S: Tragedi yang Menyelamatkan atau Luka yang Belum Sembuh

1 Oktober 2025   13:02 Diperbarui: 1 Oktober 2025   13:37 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AS, CIA, dan sekutu regionalnya akan melihat Indonesia sebagai "Cina kedua di Asia Tenggara".
Potensi intervensi langsung atau lewat proxy war (seperti di Laos dan Vietnam) meningkat.
Terjadinya perang saudara skala nasional tak bisa dihindari antara kubu kiri yang terorganisir dengan militer dan kelompok Islam.
Indonesia bisa menjadi medan perang ideologi paling brutal di Asia, dan korban jiwanya bisa jauh lebih besar dari tragedi pasca-G30S:

Perang saudara, seperti di Vietnam.
Eksekusi massal oleh rezim terhadap oposisi seperti di Cina saat Revolusi Kebudayaan.
Pengasingan tokoh-tokoh nasional dan Islam ke luar negeri.
3. Jalan Tengah yang Tertutup

Bisa jadi Indonesia tetap berusaha mempertahankan sistem Nasakom, tapi tekanan ideologis dari kiri dan kanan membuat jalan moderat ini mustahil bertahan lama. Sukarno yang karismatik namun semakin terisolasi akan terjebak dalam perang faksi dan dilema ideologi. Akibatnya, stabilitas politik akan runtuh, dan rakyat akan terseret dalam pertarungan elite yang ideologis dan berdarah.

Refleksi Kritis

G30S, meskipun menyisakan tragedi kemanusiaan dan luka kolektif, dalam skenario sejarah alternatif bisa jadi menjadi katarsis pahit yang mencegah perang saudara lebih luas, yang dalam sejarah negara-negara komunis lain terbukti mengorbankan jutaan jiwa dan generasi.

Namun, apakah itu berarti kita harus mensyukuri tragedi itu? Tidak. Tapi kita harus berani membedakan antara tragedi sebagai peristiwa, dan hikmah sebagai pelajaran sejarah. Dalam pilihan-pilihan sejarah yang mustahil kita ulang, kita bisa belajar memahami bahwa tak semua bencana membawa akhir---beberapa justru menjadi pagar dari kegelapan yang lebih dalam.

B. Simulasi Geostrategis: Implikasi Jika PKI Mengambil Alih Kekuasaan

Jika Partai Komunis Indonesia (PKI) berhasil mengambil alih kekuasaan pasca-1965---baik melalui jalur parlementer, dekrit presiden, atau perebutan kekuasaan militer---maka lanskap geostrategis Indonesia dan Asia Tenggara akan mengalami perubahan dramatis. Dunia yang saat itu masih dalam cengkeraman Perang Dingin akan menafsirkan Indonesia sebagai keping dominonya yang paling berisiko setelah Cina dan Vietnam.

Simulasi berikut menyusun peta kemungkinan dari sudut geopolitik, militer, ekonomi, dan regional.

1. Indonesia Sebagai Poros Baru Komunisme Asia Tenggara

Dengan populasi besar, posisi strategis di jalur perdagangan dunia, dan kekayaan sumber daya alam, Indonesia di bawah PKI akan menjadi kiblat baru komunisme Dunia Ketiga, sejajar dengan:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun