Mohon tunggu...
ary prakasa
ary prakasa Mohon Tunggu... -

Seorang yang ingin tahu tentang dunia jurnalistik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidit...Tidit... Part 1

31 Maret 2014   05:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Assalamualaikum?
Akhirnya tiba juga hari ini. Jangan sampai terlambat ya. ”
31/05/2013 08:15:12

Ia hanya tersenyum melihat sms ini. Lalu ia membuka pesan yang satu lagi.

Loading… Teng Nong!

“Assalamualaikum?
Dasar… Mau sampai kapan tidurnya buk… Udah 2 jam nih. Kalau tidak cepat, keburu hujan. Kakak tunggu di tempat yang biasa. Di Pohon Merah Muda”
31/05/2013 10:16:14

“Astagfirullahaladzim!” Sentaknya kaget melihat sms yang kedua itu.
Dengan segera ia langsung menuju kamar mandi.

“Zep..zep..zep” Gerakannya begitu cepat dan penuh dengan semangat.


11.11
Matahari mulai menjulang tinggi. Langit tampak biru yang diterangi oleh cerahnya sang mentari. Kicauan para burung menghiasi suasana Bukit Sinubu. Semilir angin yang berhembus, menerbangkan daun daun yang layu tanpa arah. Tampak dari persimpangan jalan kecil itu, sosok seorang gadis sedang terengah engah berlari menuju pintu masuk ke bukit Sinubu.
Bukit itu merupakan salah satu objek wisata yang cukup terkenal. Dahulunya sih begitu, namun seiring perubahan zaman, ada sebuah fenomena misterius yang menyebabkan tempat ini tidak dijadikan tempat wisata lagi. Karena hal itu lah, tempat ini menjadi tempat yang cukup angker bila di malam hari, katanya.

Pohon Merah Muda letaknya sekitar 400 meter dari pintu masuk bukit Sinubu dan berada pada ketinggian 100 meter dari permukaan tanah. Pohon Merah Muda merupakan salah satu ikonnya tempat wisata ini dulu. Karena warna daunnya yang berwarna pink dan bentuknya yang cukup unik, maka disebutlah Pohon Merah Muda.

Untuk mencapai pohon itu, maka diperlukan waktu sekitar 30 menit dari pintu masuk bila berlari. Dan 45 menit bila berjalan dengan santai. Untuk menaiki bukit tersebut harus melewati tangga-tangga batu yang cukup banyak. Maka bila yang fisiknya lemah, mungkin akan kelelahan bila sampai di pohon tersebut. Tapi bagi Luna, tempat ini sudah ibarat rumah. Ia tahu semua jalan pintas yang ada di daerah ini. Karena waktu kecil ia sering banget tersesat di sini. Pengalaman Luna begitu dalam akan tempat ini. Penuh dengan hal hal yang membuatnya tertawa bila ia mengingatnya.

Tibanya Luna di pintu masuk yang berbentuk gapura itu, menorehkan senyuman kecil di wajahnya yang cerah dan bersemangat. Keringat yang mengalir di pelipisnya, terus ia seka. Ia berhenti sejenak bukan karena lelah. Tapi ia malah terdiam sambil menutup matanya. seperti sedang menetapkan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun