Kini malam-malamku adalah tanya tanpa jawaban
ratap yang tak pernah kau dengar.
Aku menulis namamudi dinding kesunyian,
aku menyalakan lilinyang hanya menyala untuk membakar diriku sendiri.
Setiap langkahmu menjauhadalah luka yang mengangaÂ
dan aku masih berjalandengan dada yang robek, dengan hati yang menolak sembuh.
Aku terkutuk
kau berkah
dan dunia ini menertawakan jarak yang tak bisa kupangkas.
Maka biarlah puisi ini menjadi ratap
biarlah setiap kata menjadi jerat leher
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!