Bertemu orang baru itulah yang paling sulit.
Tentu saja, apa yang bisa kuharapkan, ketika bahkan sebelum aku mengetahui nama seseorang, bahkan sebelum aku menjabat tangannya, aku sudah tahu persis kapan dan bagaimana mereka akan mati?
Tentu saja aku selalu tahu tentang kematianku sendiri. Masalahnya adalah, aku pikir semua orang tahu.
Ketika masih kecil, jeritan ibuku, "Jangan main-main di jalan, kamu bisa mati tertabrak!" Â aku tanggapi dengan tegas, "Tidak akan, Bu." Seperti yang bisa diteriakkan oleh anak balita.
Tampaknya salah untuk memberitahunya dengan tepat bagaimana atau mengapa aku mengetahui hal itu, tapi setidaknya saat itu kematianku adalah satu-satunya hal yang dapat kulihat.
Dari semua orang, menurutku melihat kematiannya adalah hal yang paling membuatku terpukul. Untuk kami berdua.
Bayangkan. Suatu hari kamu sedang duduk di rumah, membuatkan anakmu roti selai kacang dan jeli untuk makan siang dan tiba-tiba, kamu melihat putramu di kakimu, ingus dan air mata mengalir di dagunya dan menangis tersedu-sedu di rumah sakit dengan karangan bunga bertuliskan "Semoga lekas sembuh" yang layu dan kulit yang terlalu pucat, sangat kontras dengan kulit gelap yang sudah kamu dikenalnya selama ini.
Setelah itu, keadaan menjadi lebih buruk.
***
Dimulai hanya dengan orang-orang yang kukenal baik. Tidak peduli siapa orangnya atau bagaimana mereka meninggal, pada akhirnya aku akan melihatnya. Kemudian menjadi lebih sering, dengan orang-orang yang tidak kukenal, sampai-sampai aku mengucapkan "halo" dan kemudian....