Mohon tunggu...
Tulis Ansa
Tulis Ansa Mohon Tunggu... Administrasi - Setiap kesulitan pasti ada kemudahan

Siapapun yang ingin menjadi teman saya dengan cara follow akun ini dengan senang akan saya follow balik 😊 kita sama-sama belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: "Gelang Hantu Bule" (Horor komedi) Part 1 dan 2

25 September 2020   14:13 Diperbarui: 26 September 2020   19:26 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Malam ini , kita semua berkumpul, membentuk Lingkaran besar yang menandakan bahwa saat ini kita bersatu dan berjuang dengan tali persaudaraan yang kuat, ikatan yang sangat erat antara satu dengan yang lain dan selalu berada dilingkaran diantara orang-orang yang dekat dengan Sang Pencipta, Alah SWT. Kita semua berada disini untuk memperkuat tali silaturahmi dengan mengenal antara satu anggota dengan yang lain, bukan hanya dekat dengan anggota kelompoknya sendiri. Sudahkan anda dekat dengan orang disekitar anda? Setelah ini Abang minta dengan kalian agar lebih mengenal antara satu dengan yang lain, rasakan di jiwa kalian rasa peduli antara satu dengan yang lain, sekarang kalian semua berpegangan dan saling bergandengan jangan lepaskan genggamannya bersatu kalian kuat bercerai kalian lemah." Sebuah ucapan nasehat dari Bang Desta yang sangat menyentuh, kami pun bersholawat bersama tak sedikit mata dari anggota peserta berkaca-kaca dengan penuh haru.

Ketika acara itu selesai kelompok kami pun disuruh tidur didalam tenda dan tidak ada yang boleh masih berbicara antara satu dengan yang lain. Sulit rasanya untuk ditengah-tengah orang ramai, apalagi posisi aku berada ditengah-tengah antara Yudi dan Doni secara mereka tidur dengan ngorok, belum lagi ditambah anggota kelompok lain cuman aku dan Juki yang belum tidur.
Aku pun teringat gelang yang aku temukan tadi sore, kulihat gelangnya, sepertinya gelang ini sangat sudah lama dan bahkan bisa dibilang antic, apalagi sudah kubersihkan terlihat sangat unik. ku coba di pergelangan tanganku ternyata sangat cocok, kupikir aku menyukai gelangnya. namun saat ini aku tidak bisa menggunakannya Karena kami tidak boleh memakai aksesoris selama kegiatan ini berlangung, gelangnya pun kembali ku simpan dikantong celanaku.

"Wusssh." Seperti ada yang melintas diluar tenda dengan cepat.

"Mas, kamu liat ada yang lewat gak tadi?" tanyaku ke Mas Juki.

"Nggak ada tuh." Jawabnya kemudian diam sebentar sambil menimpa kepalanya kedalam kain.

"Eh, saya dengar nanti tengah-tengah malam katanya kita akan dibangunkan untuk melakukan kegiatan jurit malam." Bisik Juki dengan pelan dibalik kainnya.

"Serius Mas, tengah-tengah malam, astaga, didaerah ini kan lokasinya seram banget."kataku dengan rasa tidak percaya dan sedikit takut seperti ada rasa tidak nyaman dihatiku.

"Serius, tadi aku dengar Bang Desta ngomongin hal itu dengan Panitia lain, ketika aku mau ke toilet." Jawab Juki meyakinkan.

"Bisingnya kalian, aku sudah hampir mau tidur padahal, kalau takut nggak usah ikut, badan kekar tapi takut sama hantu, cemen kali." Ucap Doni dengan mata tertutup seperti mengigau. Ia pun terlihat tidur kembali. Sepertinya ia setengah tidur, namun sudah masuk ke alam tidur, namun masih sadar, ah apalah itu, kepalaku terasa kusut.

"Oke mas, tidur lah kita kalau begitu." ujarku dengan perasaan tidak tentu karena ternyata nanti tengah malam ada kegiatan lagi.

"Iya.tidur-tidur." Jawab Juki, kulihat Heri, Yudi, dan lainnya sudah tidur.
Detik berganti detik, menit berganti, jam pun berganti jam, rasa dingin yang dibawa oleh angin kian menerpa kulit tipisku, membuatku memegang selimut tebalku dengan erat. akhirnya aku pun terlelap didalam sulitnya tidur, namun disaat nyenyaknya tidurku ragaku seperti melayang di dunia gelap nan menakutkan, sebuah tempat yang didalamnya banyak sekali kumpulan asap nan pekat, suara gitar khas dayak dan burung berparuh panjang kian terdengar seperti bersahutan, dalam keadaaan diatas tanah ada sosok seorang laki-laki bertubuh gemuk memakai berseragam bersenjata, akan tetapi bentuk muka nya sangatlah mengerikan, matanya yang merah seperti mengeluarkan darah, kulitnya berwarna pucat duduk dikursi yang sangat megah. aku pun terjatuh ditengah lingkaran panas api yang membara dan aku tak bisa menggerakkan tubuhku, sosok pria tua itu pun berdiri dan mendekatiku di luar lingkar api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun