Mohon tunggu...
AL Wijaya
AL Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis "Target Pertama", "As You Know", "Kembali ke Awal"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Batas (Bab 8)

5 Juni 2019   03:46 Diperbarui: 5 Juni 2019   03:47 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi Ari mungkin tempat ini terkesan jorok dan kumuh. Namun Melani melihatnya berbeda. Ia melihat lorong ini unik. Selain karena coretan graviti di dinding, jalanannya juga dilapisi paving berwarna putih yang mengarah ke suatu tujuan.

"Darimana kau tahu tempat ini?" tanya Ari.

"Kemarin malam ketika keluar cari makan, aku nyasar kemari. Kalau malam tempat ini cantik loh. Lampu dari rumah-rumah di sini menerangi lorong ini sehingga menimbulkan efek cahaya yang terbias begitu..." kata Melani dengan penuh semangat.

Sambil terus berjalan, Ari memandangi wajah Melani yang nampak ceria. "Dulunya lorong ini adalah jalan tikus bagi orang-orang Tiong Hoa untuk kabur dari kota ini. Mereka berlari berdesakan di sini untuk menuju mobil truk yang menunggu mereka di ujung sana." kata Ari sambil menunjuk ujung lorong.

"Oh..." Melani mengangguk tanda mengerti. "Tak salah dong aku mengajakmu kemari? Lorong ini juga yang akan menjadi jalan bagimu untuk keluar dari masalahmu.."

Ari terdiam sejenak. Mereka saling pandang sambil terus berjalan. Hingga mereka tiba di ujung lorong. Keduanya sampai di sebuah pelataran balai kota yang padat akan penduduk.


Melani mengamati sekelilingnya. Ada pedagang kaki lima, ada musisi jalanan, ada orang-orang yang tengah bercengkrama di sebuah bangku taman. Semuanya serba ada di tempat ini. Dan semua terlihat menyenangkan.

Di antara semua hal yang ada di pelataran balai kota, yang paling menarik perhatian Melani adalah seorang pengamen yang sedang bernyanyi sambil memetik gitarnya.

Meski suaranya terdengar merdu, sayangnya tak banyak orang datang untuk memberinya sedekah. Untuk itulah Melani mendatangi pengamen tersebut. Ari hanya memasang wajah bingung dengan tingkah Melani. Hal gila apalagi yang akan ia lakukan?

Setelah meminta izin pada sang pengamen, Melani langsung menari girang. Ia memainkan rok merahnya ke sana kemari. Gerakan kakinya sangat lincah. Ia terlihat sangat mahir sekali menari. Beberapa orang mulai tertarik melihat Melani. Mereka mulai memberi pengamen itu beberapa lembar uang.

Sudah mulai ramai, Melani mengajak Ari untuk berdansa bersama. Namun Ari menolaknya. Bukan karena tak ingin, tapi Ari buruk soal dansa. Ia hanya memperhatikan Melani dari samping saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun