Mohon tunggu...
Tifanaas
Tifanaas Mohon Tunggu... Mahasiswa Sains Data Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa yang gemar menulis dan tertarik pada kemajuan teknologi, sains, serta berbagai fenomena di sekitar. Menjadikan tulisan sebagai cara untuk berbagi perspektif dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kolak Rasa Rumah

28 Maret 2025   20:04 Diperbarui: 28 Maret 2025   20:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu dan anak : dibuat dengan AI 

"Terus, Abi salah beli ubi. Ada yang pahit karena bintik hitamnya."

Ibunya geleng-geleng. "Anak Ibu satu ini memang unik ya. Gak mau nyerah sebelum dapat."

Abi tertawa kecil. "Kayaknya ini terakhir, Bu. Udah capek. Mending nunggu makan kolak Ibu di rumah."

Keduanya tertawa bersama.

Seminggu kemudian, Abi pulang kampung. Sesampainya di rumah, keluarganya menyambut dengan hangat---ayah, ibu, dan kedua adik perempuannya.

Waktu berbuka puasa tiba. Abi merasa begitu senang bisa berbuka bersama keluarganya lagi. Di hadapannya, tersaji kolak pisang dan ubi yang selama ini ia impikan. Kali ini, ia yakin tidak akan kecewa lagi. Ia sudah di rumah.

Tanpa ragu, ia segera menyendok kolaknya. Suapan demi suapan ia lahap hingga tandas.

Abi merasa puas. Lega. Namun, entah kenapa, rasanya... biasa saja. Bukan karena kolaknya berbeda---ibu tetap membuatnya seenak yang ia ingat. Tapi kini ia sadar, yang sebenarnya ia rindukan bukan sekadar kolak, melainkan momen berbuka bersama keluarga.

Abi tersenyum kecil. Ternyata, yang ia cari selama ini bukan hanya rasa kolak, tapi kehangatan yang menyertainya. Di perantauan, takjil hanyalah makanan biasa, tapi di rumah, kolak adalah kebersamaan, cerita, dan cinta.

Ia menatap keluarganya---mendengar tawa adik-adiknya, melihat ibunya sibuk menuangkan teh untuk ayah. Dan saat itu, ia menyadari satu hal.

Akhirnya, Abi benar-benar pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun