Rasa kecewa yang terus menghantuinya membuat Abi terpikir untuk mencoba membuat kolak sendiri. Jika masih tak kunjung menemukan rasa yang diharapkan, kenapa tidak membuatnya sendiri? Mungkin lebih baik kalau ia mencobanya di akhir pekan, saat tak perlu pergi bekerja. Tapi sebelum itu, ia harus memastikan bahan dan cara membuatnya.
Malam itu, sepulang Tarawih, Abi menelepon ibunya.
"Bu, Abi mau bikin kolak sendiri aja."
Ibunya tertawa kecil di seberang telepon. "Serius, Nak?"
"Iya, Bu. Abi udah terlanjur kangen sama kolak Ibu. Ibu ada benarnya sih, di sini nggak bakal ketemu kolak ibu, jadi mau coba bikin sendiri aja."
"Wah, kangen berat ini pasti." Ibunya menggoda.
"Iya, Bu..." Abi menghela napas. "Jadi, bahan-bahannya apa aja?"
Ibunya menjelaskan dengan rinci, sementara Abi mencatat dengan saksama. Setelah telepon ditutup, ia menghela napas panjang, bertekad menemukan rasa yang ia rindukan.
Semoga kali ini berhasil.
Di hari Sabtu, Abi tak ingin melewatkan rencananya untuk membuat kolak. Kali ini, ia tidak mau dikecewakan oleh dirinya sendiri.
Pagi-pagi, ia pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan sesuai resep ibunya: pisang, ubi jalar, santan kental, gula aren, daun pandan, dan sedikit garam. Begitu kembali ke kos, ia menyusun bahan-bahan di meja dapur kecilnya, memastikan semuanya siap.