Rasanya... terlalu manis. Gula aren yang ia pakai sepertinya berlebihan. Dan ada sedikit rasa asin yang mengganggu, padahal ibunya sudah mengingatkan, garamnya cukup sejumput saja.
Ia mencoba pisangnya. Lagi-lagi, ia menghela napas. Pisangnya terlalu matang, teksturnya lembek---jauh dari kolak ibunya yang tetap kokoh namun lembut.
Terakhir, ia mencoba ubi, berharap tak lagi kecewa. Namun, beberapa potong terasa pahit, mungkin karena ia asal memilih yang murah di pasar. Beberapa bahkan berbintik hitam di dalamnya.
Dan lagi, ia kecewa. Tapi kali ini, ia kecewa pada dirinya sendiri.
Malamnya, Abi kembali menelepon ibunya.
"Bu, Abi udah jadi bikin kolak."
"Alhamdulillah, Nak. Enak?"
Abi menghela napas. "Gimana ya, Bu... Masih beda."
Di seberang telepon, ibunya tertawa. "Besok kalau pulang, Ibu janji buatin kolak spesial buat anak ibu."
Abi ikut tersenyum. "Iya, Bu. Tadi, aromanya lumayan sih, ada pandan-pandannya gitu. Cuma rasanya... kemanisan. Garamnya juga kerasa, Bu."
Ibunya terkekeh. "Ada-ada aja kamu, Abi."