"Apakah Anda ingat kata-kata Anda saat itu? 'Perusahaan itu tidak peduli pada manusia'?"
Aku menelan ludah. "Saya... maksud saya..."
"Kami tahu semua itu. Dan kami tahu Anda merasa cemas sekarang. Tapi apakah Anda tahu kenapa Anda dipanggil hari ini?"
Aku menggeleng pelan.
"Karena Anda salah satu dari sepuluh orang yang lolos ke tahap final. Tapi hanya satu yang akan diterima. Selebihnya... akan menjadi data tambahan untuk analisis perilaku pelamar."
Aku terperanjat. "Data...?"
"Iya. Kami tidak hanya merekrut. Kami juga belajar dari setiap individu. Emosi mereka. Reaksi mereka. Bahkan ketakutan mereka."
Aku mulai merasa seperti sedang diinterogasi. Napasku pendek. Aku melirik pintu. Ingin bangkit, tapi tubuhku terasa berat.
"Kami tidak butuh jawaban lagi,"Â katanya. "Cuma satu hal yang ingin kami tanyakan."
Aku menatapnya.