Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aroma Melati di Rumah Cempaka#4

6 Desember 2022   01:09 Diperbarui: 25 Desember 2022   21:12 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Tenang bro. Biar Raka yang atasi jika ada yang berniat mengganggu, aku yakin karena ini barang peninggalan kakeku tidak akan mengganggu.” Jawab Edwin berusaha menenangkan Novian.

“Aku sudah menduga, pasti horror lagi deh!” Agung menambahkan dengan wajah sedikit kawatir.

“Kalau begitu nanti aku tidak tidur dalam kamar, kita semua tidur di ruang tamu saja dengan lampu menyala!” Bagus memberi usulan.

“Cocok sekali, aku setuju bro!” Heru membenarkan usulan Bagus.

“Iya..,Iya. Kita tidur di ruang tamu saja, biar kalian berempat tidak merasa takut. Aku, Edwin akan tidur di rumah tantenya Edwin saja. Hehehe..!” Raka mulai menggoda mereka berempat.

“Wah tidak bisa begitu bro. Kita berempat ikut, jangan tinggalin kami ketakutan di rumah horor ini!” Bagus memprotes.

“Ah, kalian lupa kebiasaan Raka. Kalian berempat kenapa jadi penakut sih!” Jawab Edwin sambil tersenyum menggoda melihat ke empat sahabatnya terlihat tegang.

“Menurut cerita Om Gatot dan nenekku, rumah peninggalan kakek ini memang khusus hanya untuk menyimpan barang antic koleksinya. Semua saudara bapak tidak ada yang berani menempati rumah ini, dan memilih untuk membeli rumah di sekitar sini yang dekat dengan rumah Kakek dan nenek. Rumah ini kosong dalam jangka waktu yang  lama, kurang lebih sudah 25 tahun tidak dihuni. Kakek dan saudara bapak hanya membersihan dan kadang menjadikan tempat berkumpul keluarga kami. Tidak ada yang berani menginap disini, kecuali kakek sendiri. Dalam sejarah rumah ini, baru kita yang akan menginap selama 4 hari di sini.” Cerita Edwin ke kami.

"Dan tetangga sekitar rumah kakek setelah selesai Magrib, tidak satupu orang yang berani lewat depan rumah ini." Edwin menceritakan keadaan rumah kakeknya.
"Waduh, serem juga bro. Benar aman ya, kita nginap di rumah sini, bro?" Agung juga merasa cemas.
"Sudahlah tenang bro. Raka tadi sudah menjelaskan kalau barang-barang antik peninggalan kakek tidak akan mengganggu." Edwin menjelaskan lagi.
"Ah sudahlah, Jangan bahas yang aneh-aneh. Lebih baik kita sekarang mandi, nanti keburu dingin air sumur di Malang ini bro!" Raka menengahi pembicaraan mereka.
           Mereka berenam giliran mandi di sumur belakang, sumur lama dengan tali kerekan dan timba untuk mengambil air dari dalam sumur kita tampung ke dalam beberapa bak dan ember yang tersedia. Air sumur di Malang sangat dingin, beda dengan di rumah mereka di Madiun. Setelah mandi mereka berencana ke rumah Om dan Tante Edwin yang tidak jauh dari rumah neneknya, di lanjutan mereka akan jalan-jalan ke pusat kota Malang. Alun-alun, mall Malang dan pasar sore Malang.

Bersambung......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun