Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menatap Melati atau Menancap Belati

18 Maret 2024   11:08 Diperbarui: 18 Maret 2024   11:34 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

MENATAP MELATI ATAU MENANCAP BELATI

*Oleh: Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Ketika menjelang senja, sambil menikmati indahnya pemandangan alam dari puncak bukit di suatu perkampungan desa. Diriku mengeluarkan buku dari tas ransel yang kubawa. libido membacaku muncul, ingin segera berselancar menikmati sebuah karya seorang akademisi dan sastrawan hebat NTT, Dr. Marselus Robot yang mengulas sekumpulan esai bernas dalam buku berjudul "Kejahatan Sunyi Merindumu Itu Luka". 

Sang penulis menderaskan kata-kata indah mampu mengetuk pintu rasa memberi mata air inspirasi dan motivasi. Barisan kata-kata yang dibumbui dengan kentalnya nilai sastra seakan merangsang diriku singgah sejenak menikmati diksi-diksi terkandung pesan. 

Pada perjalanan menikmati bacaan tersebut, ada perjumpaan dengan barisan kalimat "Namun, kadang melati menjadi belati yang begitu mudah menggunting pita-pita kemanusiaan di antara kita"(hal 5). 

Pada bagian lain buku tersebut (hal 29-30) terdapat kutipan puisinya Yanti Ali berjudul "Kata-kata belatimu". Berikut barisan kalimat puisinya : Kata-katamu bagai belati, Aku pergi membawa luka, Mampu merajamku namun tak mampu menguasaiku, Walaupun perih tersayat belatimu, ku akan melupakanmu. 

Kata "melati dan belati" pada rangkaian kalimat di atas, sungguh menggelitik dan mengajakku untuk mengulitinya lebih jauh dalam perspektif konteks realitas kehidupan. 

Saya menambahkan pada dua kata terpisah tersebut dengan masing-masing sebuah kata di depannya untuk menjadi frasa yang menjadi judul ulasan kali ini. Sebelum kedua kata ini difrasakan maka melati adalah bunga yang sering dikaitkan dengan berbagai makna dalam berbagai budaya, namun secara umum, melambangkan keindahan, kesucian, ketulusan, dan keabadian. 

Melati sering kali diasosiasikan dengan kesucian, kebersihan, serta kebaikan. Bunga ini dalam banyak budaya dianggap sebagai lambang kesucian, keabadian, dan kebaikan batiniah. 

Keterkaitan melati dengan kesucian dan kebaikan membuatnya menjadi simbol spiritualitas, cinta yang murni, dan harapan yang tak tergoyahkan. Aroma yang harum dan penampilan yang menawan dari bunga melati juga menyiratkan keteduhan, ketenangan, dan kedamaian. Dalam konteks ini, melati sering kali menjadi simbol kedamaian batin dan ketenangan jiwa.

Belati merupakan senjata tajam yang menyimbolkan ketajaman dan kekuatan yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup. Belati juga mencerminkan ketajaman dalam kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, terutama dalam situasi yang menantang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun