Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aroma Melati di Rumah Cempaka#4

6 Desember 2022   01:09 Diperbarui: 25 Desember 2022   21:12 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*** Rumah Joglo dan Aura Barang Antik.

Pagi jam 09.10 WIB kereta Matarmaja tiba di stasiun Kota Baru Malang, mereka turun dan melanjutkan perjalanan dengan angkutan kota. Rumah kakek Edwin berada di tengah pusat kota, di daerah Bareng Kartini dekat dengan Alun-aliun Malang. Setelah turun dari angkutan kota, mereka berjalan masuk gang yang kurang lebih 200 meter dari jalan utama. Sampailah mereka di rumah Kakek Edwin, posisi rumah itu berjarak 100 meter dari bantaran sungai yang membelah kota Malang.

Kebetulan nenek Edwin tinggal sendiri di rumahnya, ada 2 rumah milik kakek Edwin, salah satunya ditempati neneknya. Kakek Edwin sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, saudara ayah Edwin juga tinggal tidak jauh di sekitar rumah nenek Edwin. Om dan Tante Edwin selalu membujuk ibunya untuk tinggal bersama mereka, tetapi nenek Edwin menolak dengan alasan menjaga rumah peninggalan kakek Edwin.

“Assalamualaikum, nek.” Edwin berdiri di depan pintu, sambil mengucapan salam.

“Wa alaikum salam wr.wb, siapa ya?” Terdengar suara dari dalam rumah, pintu ruang tamu terbuka. Nenek Edwin muncul dari dalam, memandang Edwin sejenak.

“Eh, kamu to le…, sama siapa kamu berlibur. Win?” Nenek Edwin bertanya, sambil menatap kami bergantian.

“Iya nek. Edwin datang sama temaan-teman, Raka, Agung, Bagus, Novian dan Heru.” Jawab Edwin masuk ke dalam bale atau ruang tamu. Kita pun bergantian berjabat tangan dan mencium tangan nenek Edwin

“Ayo masuk bro. Beginilah rumah nenekku, tempat bapakku dibesarkan, asli Malang bro!” Edwin mempersilahkan kami masuk rumah. Kami pun masuk ke ruang tamu yang tidak begitu besar, ruangan yang dihiasi dengan perabot lama jaman dulu .

“Le…, dari Madiun  naik opo to? Terus sampai di sini koq pagi, sudah sarapan belum kalian?” Nenek Edwin bertanya, dengan tertatih masuk ke dalam rumah.

“Iya Nek. Edwin naik kereta api Matarrnaja, tadi sudah sarapan di stasiun. Nenek tidak usah report, biar Edwin yang buat kopi!” Jawab Edwin mengikuti langkah neneknya yamg tertatih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun