Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aroma Melati di Rumah Cempaka#4

6 Desember 2022   01:09 Diperbarui: 25 Desember 2022   21:12 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami berenam beranjak keluar menuju ke rumah sebelah. Edwin membuka pintu depan lebar-lebar, sekaligus membuka semua jendela agar ada pergantian udara dalam rumah ini. Rumah dengan bangunan kuno dengan perabot khas jaman dulu, mempunyai dua kamar di sisi kiri ruang tamu. Ruang tengah di batasi pintu belakang sebagai penghubung dapur dan kamar mandi di sebelah kanan. Kamar mandi bangunan lama dengan bak mandi yang hanya di plester semen tanpa keramik, closet jongkok dan sumur jaman dulu yang hanya di lengkapi dengan ember, tali pengerek ember untuk mengambil air dari dasar sumur.

Beberapa perabot di tumpuk menjadi satu, kursi meja tamu di ruang tengah dan gulungan kasur di atas tempat tidur kayu masing-masing dalam dua kamar tidur. Semua perabot berada di dalam kamar, rumah bangunan lama yang sederhana dengan lantai plester dari semen, berdebu sangat tebal. Karena sudah lama tidak di tempati dan tidak pernah di bersihkan semenjak kakek Edwin meninggal dunia. Kami berenam mulai membersihkan rumah dengan sedikit tenaga ekstra, karena keadaan rumah tua yang lama tidak di huni sangat kotor dan berdebu tebal, apalagi menempel di perabotan yang bertumpuk.

Setelah semua bagian rumah dibersihkan juga kita pel, mereka duduk di ruang tamu menikmati kopi dan rokok sambilan ngobrol. Raka lebih banyak diam sambil meraba dengan mata batinnya tentang situasi rumah Kakek Edwin. Rumah ini di penuhi aura gelap, terasa auranya berasal dari kamar tidur yang terletak depan ruang tamu. Rumah yang lama kosong tidak di huni menjadi tempat persinggahan makhlus halus dimensi lain yang berasal dari sekitar daerah rumah nenek Edwin.

“Bro, rumah kakekmu ini sangat kotor dan berdebu, sudah lama tidak ada yang bersihkan ya?” Novian bertanya dengan badan yang basah berkeringat.

“Iya bro. Udara sangat lembab dan dingin dalam rumah ini. Eh, ngomong-ngomong berapa lama tidak di tempati bro?” Bagus duduk di kursi tamu dengan wajah kelelahan.

”Kalau aku ceritakan kalian jangan takut ya! Kalau menurut cerita tanteku, sudah lama rumah ini kosong dan hanya sebagai tempat penyimpanan perabot dan barang antik peninggalan kakekku.” Jawab Edwin.

“Puluhan tahun kosong ya, bro! Auranya gelap dan unsur negative sangat terasa sekali, barang antik apa yang di simpan kakekmu di ruang tidur bagian depan,bro?” Raka menyeletuk dan kembali bertanya.

“Eh, kamu merasakan auranya sangat kuat bro. Benar, ada barang antic peninggalan kakekku di kamar. Ayo kalau berani kita lihat bersama, nanti aku akan ceritakan semua hal tentang barang antik peninggalan kakek.” Jawab Edwin, dan mengajak mereka masuk kamar tidur depan.

Raka,Edwin lebih dahulu melangkah masuk kamar, sementara teman lainnya mengikuti di belakang dengan raut wajah yang sedikit tegang. Edwin mulai membuka kedua pintu almari kayu dengan ornament ukir-ukiran, apa yang mereka lihat di dalamnya? Kedua pintu almari yang dibuka lebar-lebar berisi ratusan koleksi keris, tombak, gelang bahar, dan batu akik dalam jumlah yang banyak dan berbergai macam barang antik yang lain peninggalan kakek Edwin. Aroma wangi bunga mawar, kantil yang sudah terlalu lama membusuk dan udara lembab bercampur menjadi satu, di sertai hawa dingin berhembus dari dalam almari. Novian, Heru, Bagus dan Agung melompat mundur karena terkejut denga apa yang mereka lihat, dan serasa bulu kuduk mereka berdiri.

“Nah, sekarang kalian tahu apa isi almari kakekku! Sebenarnya aku tidak mau tunjukan apa isi almari itu ke kalian kecuali Raka. Aku yakin kalian akan merasa takut menginap di rumah ini.” Jawab Edwin sambil terseyum simpul.

“Ah, kenapa tadi tidak kalian berdua saja yang masuk memeriksa isi alamari itu. Sudah tahu kalau kita berempat penakut, jangan kamu ajak juga masuk melihat isi almari itu!” Novian protes dengan nada ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun