MENULIS ULANG KONTRAK SOSIAL SETELAH KERUSUHAN 2025
- Epilog Buku: Lahirnya Generasi Rentan dan Keresahan Ekonomi di Balik Aksi Protes 2025
Oleh Denny JA
Pagi 2 September 2025, udara Jakarta masih menyisakan bau ban terbakar. Jalanan di sekitar Senayan penuh pecahan kaca. Warna hitam asap masih melekat di dinding halte TransJakarta yang terbakar semalam.
Di antara reruntuhan, seorang ibu penjual nasi uduk di Bendungan Hilir menatap hampa. Dagangannya terbakar habis ketika kerusuhan meletus.
Dengan suara serak, ia berkata: "Saya ikut menangis, bukan hanya karena warung habis, tapi karena saya ikut menjadi korban."
Kisah itu menjadi simbol: protes yang awalnya damai---menuntut keadilan ekonomi, menolak kenaikan fasilitas DPR, dan menuntut perlakuan adil aparat. Lalu ia berubah menjadi kerusuhan yang memukul rakyat sendiri.
Namun di balik duka itu, justru lahir momentum perubahan. Seperti badai yang meruntuhkan pohon-pohon rapuh, kerusuhan 2025 memaksa negara menumbuhkan tunas baru.
Yaitu koreksi kebijakan, perombakan kekuasaan, dan janji menulis ulang kontrak sosial. Tapi seberapa substansial perubahan yang direncanakan?
-000-