Mohon tunggu...
Ai Sumartini Dewi
Ai Sumartini Dewi Mohon Tunggu... Guru - Humanis, pekerja keras, dan ulet

Hidup yang singkat hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Menulis merupakan salah satu kebermanfaatan hidup. Dengan menulis kita merekam jejak hidup dan mengasah otak supaya tetap tajam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sama

7 September 2020   18:21 Diperbarui: 7 September 2020   18:22 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lama kami ngobrol dan tak terasa sudah sampai waktu ashar. Kami berdiri dan jalan naik ke tangga. Dia mengajakku ke rumah ibu kostnya dulu tapi aku masih malu-malu.

" Ke rumah ibu kost dulu yu? Ajaknya.

" Nggak ah, malu." Jawabku. Tiba-tiba dia menatapku dan bilang pelan-pelan " Aku suka Kamu." Aku yang mendengarnya kaget dan deg-degan. Aku bengong dan langkahku terhenti.

" An, aku nggak bisa romantis kaya orang, tapi ucapanku tadi itu asli dari hati" ujarnya dalam. " Dan kalau Ani mau tahu rasa itu sudah ada sejak pertama lihat Ani duduk di jendela, walau saat itu Ani nggak tahu. Dan sejak itu aku jadi hobi di batu dan memandang Ani."

Aku jadi salah tingkah mendengar penjelasannya. Melihat aku salah tingkah lalu dia melanjutkan ucapannya." Aku nggak maksa harus dijawab hari ini An, tapi kalau Ani sama jawabannya denganku, besok pulang sekolah ditunggu di terminal Joglo." Lalu tanpa menunggu jawabanku dia pamit pulang. Aku memandangi punggungnya berharap nengok ke belakang tetapi dia terus melaju. Aku pun pulang ke rumah Ua dan solat ashar.

Semalam aku nggak bisa tidur memikirkan ucapannya. Aku bingung dengan pernyataannya. Dan aku bingung dengan hatiku sendiri. Sepertinya terlalu cepat mendengarnya walau hati senang. Saking gundahnya sampai aku tertidur dalam rasa itu.

Besoknya aku bangun kesiangan, dan langsung berangkat ke sekolah. Masliah dan Lilit sampai terpingkal- pingkal denger ceritaku. Bel berbunyi tanda waktunya pulang. Aku dan teman-temanku keluar kelas pamitan pulang. Aku cerita ke Masliah tentang ucapannya kemarin. Walau dia tertawa tapi dia berkata bijak. Katanya ikuti kata hati aku. Sengaja aku jalan dari sekolahku . Hal ini untuk sekedar menenangkan perasaan hatiku yang mulai bertalu-talu sejak aku bubar dari sekolah.

" Tenang An, semua akan baik-baik saja." Ujar masliah." Perlu aku tungguin nggak?

" Iya Iah, nggak apa-apa kok, doain aku yang terbaik ya.." kataku terbata-bata. Masliah tertawa melihat tingkahku yang seperti kerbau dicucuk hidung. Masliah tahu perasaanku, jadi sepanjang jalan dia ngajak aku ngobrol. Sampai di terminal Joglo, Masliah pamit naik angkot duluan. Aku berjalan ke tempat yang kemarin dia sebutkan. Dalam hatiku apapun kata hati nanti aku tetap harus menemuinya. Ternyata bangku dibawah pohon plamboyan masih kosong dan aku duduk di situ. Baru mau sampai ke bangku tiba-tiba ada yang mengasongkan minuman. Lalu aku lirik dan ternyata dia sedang tersenyum.

" Minum dulu An, cape kan jalan." Ucapnya sambil menusukkan sedotan minumanku. Aku tersenyum tandanya aku memang cape. Tapi bukan cape tenaga melainkan aku cape menata hati. Aku sedang mengirup minumanku, dia duduk di sebelahku.

" Kenapa tadi jalan kaki?" tanyanya padaku. "Sengaja ya biar lama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun