Tatkala teringat hal-hal buruk yang pernah diperbuatnya, Dika merasa bersalah terhadap Ibu. Ia menyadari kesalahannya dan sangat menyesal. Namun ia sendiri tak mengerti kenapa hal itu bisa terjadi. Ia pun masih menganggap hal itu sebagai kenakalan masa kecil yang terbawa-bawa hingga sekarang. Meski begitu, terbesit keinginan dalam relung hatinya terdalam untuk berubah ke arah yang lebih baik di masa depan.
Rasanya baru kemarin Dinda kecil ia asuh menggantikan Ibu yang harus pergi berdagang. Kini ia sudah kelas 2 SMA dan lumayan jago masak. Katanya belajar dari youtube. Tapi boleh jadi bakatnya itu berasal dari sang Ibu. Baginya, Dinda tetaplah adiknya dulu yang ia ganti popoknya, suapi makan, beri minum, ajak main, dan ninabobokan kalau ngantuk. Kenangan itu begitu melekat dalam benaknya hingga saat ini meskipun Dinda sendiri mungkin tidak terlalu ingat hal itu karena masih kecil.
Besok lusa Dika pamit pulang. Ibu yang menginginkannya tinggal lebih lama, tak dapat menghalanginya. Ibu sudah tak mempermasalahkan lagi perjodohan itu. Sejak mengutarakan itu, ia merasa lebih plong dan tenang. Baginya, Dika sudah dewasa dan bebas menentukan pilihan. Dan ia hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi sang anak dalam segala hal.Â
(bersambung)Â