Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kalut (#10)

20 Juni 2021   10:10 Diperbarui: 20 Juni 2021   10:07 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Baiklah, nanti ambulans kami akan mengikuti mobil Ibu," jelasnya singkat.

"Baik, Dok," jawabnya segera berlalu dengan berusaha tegar menjalani itu semua. 

.....
Mengetahui perihal sang anak dari postingannya, Sinta, Ibunya Dika, tidak langsung merespons. Ia sengaja ingin mengendapkannya dulu. Ia baru mengontak Dika keesokan hari. Lewat telepon, ia menyatakan terkejut dengan yang terjadi. Ia menanyakan kabar Dika dan kegiatannya sementara waktu ini. Tak lupa ia juga berdoa agar Dika segera dapat kerja kembali.  

Sebenarnya ada hal penting yang ingin ia sampaikan ke Dika secara langsung tapi bukan di telepon. Namun ia masih ragu dan belum bisa menentukan waktu yang tepat. Akan tetapi sejak Dika dirumahkan akibat pandemi, Sinta merasa inilah waktunya. Untuk itu, ia meminta Dika pulang kampung. Lagipula ia sudah cukup lama tidak pulang ditambah lagi saat ini ia menganggur.

Sinta yang mengenali kecenderungan Dika yang menyimpang sejak kecil, selalu khawatir kepadanya. Ia pun merasa belum berbuat banyak untuk mengubah kondisi itu tapi Dika keburu memutuskan pergi merantau pada saat itu. Ia pamit meninggalkan rumah untuk kuliah di Jakarta. Dan masih begitu sampai sekarang saat ia sudah bekerja.

Setelah sekian waktu berlalu, Sinta bertanya-tanya masihkah Dika seperti yang dulu ataukah sudah berubah seperti yang ia harapkan. Ia merasa seperti memiliki utang yang belum lunas dibayar hingga sekarang. Ingin sekali ia menebus rasa bersalah yang menghantuinya selama ini tapi tidak tahu bagaimana caranya.

Hingga suatu ketika, di suatu acara resepsi secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang teman lamanya, Pujiwati. Ia hadir bersama anak perempuannya. Yang mengejutkan Indri, sang anak, ternyata teman SD Dika. Ia menanyakan perihal Dika ke Santi. Keduanya lalu ngobrol panjang lebar selama acara itu.

Menurut Sinta, sosok Indri kurang apa lagi. Anaknya sopan, ramah, dan bekerja. Setelah selesai Akper-nya dua tahun lalu, Ia menjadi perawat di sebuah rumah sakit milik pemerintah. Ibunya kenal baik dengan Sinta. Ia punya butik khusus pakaian dan perlengkapan pengantin. Letaknya tak jauh dari toko Sinta. Ayahnya seorang pengusaha konveksi yang memiliki beberapa outlet cukup ternama. Dan paling penting Indri yang merupakan anak tunggal, masih single.

Setelah pertemuan itu, Indri makin sering mampir belanja beras di toko Sinta. Sebenarnya sedari dulu Indri sudah cukup sering belanja di toko Sinta tapi keduanya belum kenal satu sama lain. Dari perkenalannya itu, Sinta kemudian merasakan firasat. Mungkinkah ini jadi pertanda jika doa dan pinta yang selalu ia panjatkan demi kebaikan anaknya, terkabul?

Sinta hanya bisa berharap rencananya ini dapat berjalan dengan baik. Baginya yang terpenting adalah menunaikan kewajiban yang sempat tertunda. Tak ada yang diidamkannya selain mengubah keadaan  agar Dika kembali on the right track, senormal mungkin, dan sesuai kodratnya.

Ia merasa ini cara paling tepat dapat ditempuh saat ini. Perkara Dika menerima atau tidak, ia hanya bisa pasrah dan berserah diri kepada Sang Khalik. Setidaknya ia sudah mencoba dan itu sudah lebih dari cukup agar hidupnya jadi lebih tenang tanpa terbebani lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun