Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kalut (#10)

20 Juni 2021   10:10 Diperbarui: 20 Juni 2021   10:07 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ibu ketemu dia di acara resepsi beberapa waktu lalu. Ini fotonya," sambil menyodorkan hp-nya.

Dengan sungkan, ia menerima hp itu lalu memperhatikan foto-foto yang ada. Responsnya tampak biasa saja. Tidak seperti yang Ibu harapkan. Sambil terus mengamati Dika, Ibu berkata, "Anaknya baik lho, Dik. Sering belanja di toko belakangan ini. Udah kerja lagi. Ibu juga kenal baik dengan Mamanya," ungkap Ibu yang makin jelas maksud omongannya.

Dika hanya diam dan mulai mengerti arah dari pembicaraan ini. Oh, ternyata itu sebabnya Ibu getol menyuruhnya pulang. Dan ini hal penting yang Ibu maksudkan saat menelepon waktu itu. Di usianya Dika yang ke-25 tahun, Ibu sepertinya takut sekali anaknya tidak laku. Sehingga ia mati-matian mencarikan jodoh untuknya. Wow, ia akui Ibunya sungguh seorang ibu yang luar biasa. Begitu hebat manuver yang sedang diperagakannya.

"Ibu punya nomor hp-nya. Dikirim ke kamu ya," sambungnya makin gencar mendekati Dika bak sales yang sedang memerospek calon customer.

Tak kuasa menolak permintaan tersebut, Dika mengiyakannya dengan senyuman. Ia memahami maksud baik Ibu sehingga ia tak tega menyakiti hatinya dengan menolak hal itu. Ia sangat menghargai perhatian dan ketulusan sang Ibu walau sebenarnya ia tidak menghendakinya.

Ibu yang bersemangat di setiap ucapannya, tak melihat adanya respons positif dari Dika. Ia jadi bertanya-tanya Dika sebenarnya hanya malu karena mau dijodohkan atau jangan-jangan ia memang belum berubah. Tapi Ibu tak mau menyerah. Ia terus berupaya untuk memastikan Dika yang sesungguhnya seperti apa. Ia lalu berkata, "Kalau suatu saat Ibu mengajak Dika main ke rumah Indri, mau gak?"

Suasana kian canggung melanda Dika. Mau menolak secara langsung tapi ia tak sampai hati. Karena tak ingin mengecewakan Ibu, akhirnya ia pun buka suara lagi. Dengan nada terpaksa, ia menjawab, "Nanti dipikirkan dulu, Bu."

Menjelang akhir obrolan, Dika makin banyak diam. Beruntung sang adik yang pernah ia asuh sewaktu kecil, menyelamatkannya di saat kritis itu. Dinda menyela pembicaraan mereka dengan mengatakan makan malam sudah siap. Ia mengajak keduanya santap bersama di momen yang berharga itu.

Ibu dan Dika menyudahi obrolannya. Pada akhirnya, keduanya memiliki asumsi sendiri-sendiri dikarenakan tidak tercapai titik temu. Dika tidak menerima ide Ibu walau secara tersirat ia tampakkan. Sementara bagi Ibu sendiri, kesimpulan yang diperolehnya tentang Dika tidaklah jelas. Tapi setidaknya apa yang ia rencanakan sudah terlaksana dan pesan pentingnya sudah disampaikan. Dan itu cukup melegakannya.

Keesokan hari, Dika hanya berdiam di rumah saja. Mendekam seorang diri di kamarnya dulu. Teringat kembali masa lalu. Begitu banyak peristiwa terjadi yang mengiringi masa kecil dan remajanya. Membawa kenangan penuh warna-warni yang masih membekas hingga kini.

Dalam renungannya, muncullah bayangan ibu. Seorang wanita tegar dan sosok penting dalam hidupnya. Sepeninggal Bapak, Ibu harus bekerja sekaligus membesarkan kedua anaknya. Tanpa mengeluh dan menyerah, semua dijalaninya dengan tabah. Berkat Ibu lah, ia dapat mengenyam bangku sekolah dan kuliah. Kalau bukan karenanya, Dika mungkin tidak akan seperti yang sekarang. Sungguh perjuangan dan pengorbanan Ibu, tak akan ia lupakan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun