Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kalut (#10)

20 Juni 2021   10:10 Diperbarui: 20 Juni 2021   10:07 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat postingan itu saat sudah malam, Herdi segera mengontak Dika. Ia kaget mengetahui hal itu. Menyatakan simpati dan berusaha menghiburnya, Herdi menawarkan bantuan jika ada yang diperlukan. Dika berterima kasih atas perhatian dan niat baik itu namun ia sendiri merasa tidak perlu dibantu. Saat ditanya apa yang akan ia lakukan, Ia belum tahu. Ia belum bisa memutuskan. Untuk sementara waktu ia mau cooling down dulu.

Di waktu lain, Herdi suka mengontak Dika. Menanyakan kabar atau hanya sebatas menyapa saja. Ia siap membantu jika Dika memerlukan sesuatu. Terkesan basa-basi atau memang tulus ingin membantu, tawaran itu bagi Dika suatu hal yang wajar sebagai bagian dari sopan santun dalam pertemanan. Namun karena sering diulang, lama-kelamaan ia menganggap hal itu tidak main-main.

Menurut Dika, Herdi tipe orang yang saklek dengan apa yang ia katakan. Hal itu tampak jelas setelah sekian lama Dika mengenalnya secara dekat. Dika teringat pada saat ia diajak "paksa" makan siang oleh Herdi beberapa waktu lalu. Tak disangka di kesempatan itu, Herdi malah berterus terang tentang permasalahan rumah tangganya. Bak anak kecil yang mengadu ke ibunya, ia menceritakan prahara yang menimpa dirinya dengan sang istri.

Berawal dari kecurigaan pada sang istri, Herdi yang penasaran diam-diam membuntutinya di suatu hari. Dari penelusurannya itu terjawab sudah. Firasatnya selama ini akhirnya terbukti. Dengan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan perselingkuhan itu terjadi. Sang istri tidak menyadari bahwa hubungan terlarang itu telah diketahuinya. Torehkan luka mendalam yang terpaksa ia tanggung di hari-harinya mendatang.

Tak ada angin atau hujan, ia sendiri tidak mengerti apa yang membuat sang istri nekat berbuat seperti itu. Sampai sekarang pun ia masih tidak tahu. Sebagai seorang suami, ia merasa sudah berlaku sebagaimana mestinya. Tidak ada hal aneh atau buruk yang diperbuat. Dan terpenting menurutnya, tidak pernah ia menyakiti sang istri. Walaupun sibuk, ia tidak pernah menelantarkan keluarganya. Malah apa yang ia lakukan semata-mata demi keluarga.

Bak siswa dalam kelas sedang menyimak pelajaran, Dika mendengarkan curhat Herdi dengan bergeming. Ia sampai tak habis pikir bagaimana bisa hal itu terjadi pada Herdi. "Dengan kepribadian yang dimiliki dan segala kemapanan yang dicapai, Herdi mendapat perlakuan seperti itu dari sang istri. Alangkah teganya sang istri! Betapa miris dan ironisnya nasib Herdi!" gumam Dika dalam hati.

Berempati dengan perasaan Herdi, Dika Memberanikan diri bertanya. "Setelah pengkhianatan itu, kenapa tidak memilih berpisah saja?" tanyanya enteng.

Herdi tersenyum kecut seraya berkata, "Di usia pernikahan kami yang hampir 20 tahun, aku merenung apa yang salah selama ini. Namanya hidup berumah tangga, riak-riak kecil pasti ada. Dan kami mampu melaluinya sebelum ia seperti sekarang. Sedari awal aku paham konsekuensi jika ia bekerja. Aku pun tidak menuntutnya terlalu banyak sebagai ibu rumah tangga. Aku paham ia bukan wanita seperti itu."

"Jujur aku tidak menghendaki perpisahan walau aku tahu ia telah berkhianat. Saat ini aku hanya membiarkannya sendiri. Aku pun menghindar darinya. Walau tinggal di satu atap yang sama, kami hidup di dunia kami masing-masing. Entah berapa lama ini akan berlangsung. Aku berharap ini segera berakhir," ujarnya sambil menghela napas.

Sambil manggut-manggut, Dika lalu bertanya kembali, "Bagaimana jika ia yang meminta berpisah?"

Herdi terdiam sesaat kemudian berucap, "Aku percaya pada takdir. Jika memang takdir menghendaki kami bersatu, tak akan ada yang dapat menghalanginya. Namun jika takdir tidak menghendaki kami bersatu, tak akan ada yang dapat menghilangkannya. Biarkanlah waktu yang akan membuktikan." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun