tak banyak yang peduli pada ritme batin yang hanya berisi kekosongan.
Yang pasti, perihal merindukanmu sudah menjadi kebiasaanku,
seperti detak jantung yang tak perlu diperintah.
Aku harus belajar, bahwa tak semua yang kita damba dapat kita genggam;
bahwa cinta sejati tak selalu menuntut kehadiran raga,
tapi menuntut keikhlasan untuk melihatnya sebagai kenangan termulia.
Dan ketidakhadiranmu adalah guru terberat tentang penerimaan sunyi.
Bukan lagi pelukan hangat yang kucari di dunia fana ini,
namun kedamaian abadi yang telah kau temukan di sana.
Kukirimkan segala ikhlas dari setiap hembusan nafas,
berharap ia menjadi bekalmu, juga penuntunku kelak.