selalu terasa hambar, pahit tanpa makna;
seperti rindu yang tak pernah usai dikunyah hati,
sebuah refleksi jujur dari ketiadaanmu di kursi seberang.
Ini bukan sekadar kebiasaan, ini adalah takdir sunyi;
perihal merindukanmu, sudah menjadi ritual harian
yang tak banyak orang tahu
tersimpan rapat di lipatan pagi yang kelabu.
Aku hanya ingin temu, walau hanya sedetik,
sekelebat pandang yang cukup untuk mengisi ulang nyawa yang lelah.
Namun di antara kita, membentang jurang yang teramat lebar,
bukan jurang fisik dari dua benua, atau kota yang berbeda,