Mohon tunggu...
Adi Nestiadi
Adi Nestiadi Mohon Tunggu... Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Pendidikan Biologi, Ekologi, dan Konservasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Desain Pembelajaran Education for Suistainable Developmen (ESD) dalam Meningkatkan Literasi Lingkungan dan Keterampilan Abad21 pada Matakuliah Ekologi

26 April 2025   08:00 Diperbarui: 26 April 2025   08:16 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Digital:Database jurnal (ScienceDirect, JSTOR) untuk studi kasus.Video dokumenter (contoh: "Our Planet" Netflix).Website sebagai. sumber belajar

Penyusunan Media Pembelajaran

Menyediakan sumber belajar interaktif yang mendukung pendekatan ESD (Education for Sustainable Development) dalam meningkatkan keterampilan abad ke-21 (4Cs: Critical Thinking, Creativity, Collaboration, Communication) melalui konten digital untuk memfasilitasi pembelajaran mandiri (self-paced learning) dengan akses terbuka (open educational resources/OER). Media yang digunakan dalam proses pembelajaran pada matakuliah ekologi dengan pendekatan desain pembelajaran Education for Sustainable Development (ESD) yaitu berupa website sebagai sumber belajar, website  dirancang untuk mendukung pembelajaran hybrid (luring-daring) dan memperkuat literasi lingkungan dan literasi konservasi melalui teknologi digital.

Desain pembelajaran ESD berbasis model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan:

  1. Analisis kebutuhan membantu memahami isu ekologi kontekstual dan membangun keterampilan critical thinking.
  2. Desain pembelajaran mendorong integrasi metode inovatif seperti project-based dan collaborative learning.
  3. Pengembangan media memungkinkan penggunaan sumber belajar yang relevan dan mendukung information literacy.
  4. Implementasi aktif mendorong keterlibatan mahasiswa dalam aksi nyata dan membentuk kepemimpinan serta komunikasi efektif.
  5. Evaluasi holistik mendukung refleksi pembelajaran dan pengukuran keterampilan abad ke-21 secara menyeluruh.

Kekurangan:

  1. Analisis mendalam memerlukan waktu, tenaga, dan kompetensi dosen yang memadai.
  2. Desain kompleks berisiko tidak selaras antara tujuan ESD dan capaian mata kuliah.
  3. Pengembangan media terkendala teknologi dan pelatihan sumber daya manusia.
  4. Implementasi menghadapi resistensi dari dosen/mahasiswa serta terbatasnya dukungan institusional.
  5. Evaluasi sulit dilakukan secara kuantitatif karena mengukur kompetensi holistik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun