Ribuan kata telah ku utarakan
Ribuan surat telah ku tuliskan
Ribuan jalan telah ku tunjukan
Akan tetapi
Mungkin kau tunarungu
Mungkin kau tunaaksara
Mungkin kau tidak mengetahui navigasi
Atau karena kau tidak pernah peduli denganku?
Terbanglah kau menuju cakrawala
Membawa setiap diksi yang ku tuliskan di setiap baitnya
Dengan perasaan yang tak pernah terbalaskan
Dan bersama utiran rinduh yang tersembunyi di balik bayangan
Seperti rinai yang membasahi loka
Yang menghilang tanpa jejak, namun meninggalkan jejak genangan luka yang tak pernah tertinggal
Biarkanlah semesta yang menceritakan tentangku kepadamu
Kelak suatu saat nanti kau akan mengentahui sang pemuja rindu yang selalu kau abaikan
Pada akhirnya,
Diriku hayalah seorang penyair yang menjahit lukanya dengan diksi-diksi
Hingga aksara kata pun telah lelah menjadi saksi
Jika kau nanti temui diriku di ujung dunia
Namun diriku sudah tak lagi peduli
Tolong biarkan rindu-rindu ini menggigil,
Menjadi puisi terakhir tentang dirimu;
Yang mungkin kau baca puisi ini sebelum senja menenggelamkan segalanya
Sayangnya kita hanya bisa mengenang
Biarkan kisah ini menjadi prasasti
Yang tertulis dengan tinta airmata
Yang berkisah dengan ribuan luka;
Dan pada akhirnya terkenang dengan beraromakan bangkai masa lalu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI