Kerinduan yang tak tertahankan. Kerinduan membunuh malam
Semesta kecil, dimana kakak pertama saya yang dalam nyata telah tiada, namun di sini masih hidup, dan akan tetap hidup 1000 tahun seterusnya.
rindu akan hadirnya ibu yang telah pulang ke keabadian
Aku berjanji takkan lagi sibuk menimang-nimang apalagi tenggelam dalam lautan kenangan yang terkadang membuat langkah tersendat-sendat
Setiap kali ku ingat-ingat Setiap kali ku merasa dewanaIngin ku dekap dirimu erat Sebagai balas dendam kepada rindu yang entah ingin apa
Sia sia sudah penantianku akan dirimuDan kini saatnya aku melawan fikiran memaksa diriku mengikhlaskan mu, Menghilangkan benih-benih cinta dan
Di malam sunyi di Gontor yang setia, keharuan tersirat di dalam tiada terhingga.
Dipukul oleh keadaan dikuatkan oleh doa dan harapan, semoga tuhan tidak salah dalam mengashihi dan menyayangi hambanya.
Air mata mengalir deras di pipiMengenang perjuangan suci
Ya Ilahi, Kumohon bisikkan padanya. Di sini aku menantinya
Gelap malam telah menyapa Dinginnya malam menusuk jiwa
Menikam waktu di garis khatulistiwa. Menghujam rindu di tepi Mahakam
kubeli rindu dengan mata, dengan hati, dengan tangan, dengan kaki, dengan hidung, dengan telinga, dengan jiwa, dengan luka
Mengapa segala sesuatu yang putih, cepat sekali berubah menjadi hitam
“Berkelana, biarkanlah ia melebur. Setidaknya waktu kan membawa ingatanmu.”Ah, ibu bisa saja berpura-pura. Kekasihku telah tiada sepuluh tahun silam.
Pernahkan merasakan rindu, tapi ini rindu yang lain. Rinduku membuat tulisan. Tetiba ingin sekali menuliskan sesuatu dan mencurahkan rasa itu.
Semua memberiku sebuah arti terendiri. Terkadang masa lalu itu sungguh dirindukan meski sedikit. Masa lalu yang telah membawa setitik rindu.
jika aku kuasa menapak tangga langitdi atas sana, akan kutanya tuhan dimana akan kucari lagi
Kian hari terasa pilu, terbelenggu menahan rindu