Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beranikah AS Menyerang Iran dan Permainan Catur Rusia?

18 Mei 2019   20:09 Diperbarui: 18 Mei 2019   20:14 3691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://drones.trendolizer.com

Belakangan, banyak jenderal senior Pengawal Revolusi Islam Iran mengeluarkan pernyataan keras tentang Selat Hormuz. Selain, meningkatnya sanksi yang diberlakukan oleh AS juga membawa dampak tidak kecil pada Perjanjian Nuklir Iran.

Baru-baru ini, sebuah surat terbuka dari reformis Sadeji Iran kepada Menteri Luar Negeri Iran Zarif telah menyebabkan keprihatinan luas. Dalam surat itu, mereka mempertanyakan mengapa Iran tidak menggunakan haknya untuk menarik diri dari perjanjian nuklir jika perjanjian nuklir saat ini terus-menerus gagal dipatuhi AS.

Karena ternyata Iran tidak dapat memperoleh manfaat dalam mencabut sanksi AS meskipun telah mematuhi perjanjian, apa gunanya tetap dalam perjanjian.

Kemudian beberapa media domestik Iran berkomentar bahwa kaum reformis sekarang telah bergabung dengan kubu konservatif dan menentang Iran tetap dalam perjanjian.

Namun, faksi Iran yang moderat dan pragmatis tidak ingin konflik langsung dengan AS. Farah Pishe, Ketua Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran. Dia mengatakan bahwa parlemen Iran saat ini sedang dalam proses konsultasi menentang sanksi minyak AS.

Namun, Iran tidak ingin konflik dengan AS semakin intensif, Iran akan terus mengadakan konsultasi dengan pihak-pihak terkait termasuk Uni Eropa, Rusia dan Tiongkok.

Analisis domestik Iran percaya bahwa Iran masih memiliki banyak cara untuk menghindari sanksi AS. Dan terus mengekspor minyak, eksekutif Iran tidak bersemangat untuk membuat keputusan, tetapi terus menilai dan menanggapi situasi spesifik di masa depan.

Apakah akan terus bertahan dalam perjanjian atau apakah akan mengambil sikap yang lebih keras, seperti penutupan Selat Hormuz, akan tergantung pada bagaimana situasi di Iran dan AS akan berkembang di masa depan.

Bahkan, tepat setelah AS mengumumkan pembatalan imunitas impor kemarin, Menlu Iran Zarif mengatakan bahwa Iran sedang mempertimbangkan untuk menarik diri dari "perjanjian senjata nuklir yang tidak diperluas".  Ini adalah sikap dan tindakan yang berefek semakin keras, sikap ini berupa selangkah demi selangkah yang terus meningkat, pada awalnya menginstalasi centrifuse yang biasa dikenal sebagai IR-6. Jika sanksi terus berlanjut maka Iran akan meningkatkan lagi.

Jika ini terjadi, maka potensi ancaman peningkatan ini akan sangat besar.

Karena inti utamanya dari Perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir, kita tahu bahwa itu adalah hal semacam beriku: pertama-tama, semacam komitmen, yaitu, berjanji untuk tidak mengembangkan atau mengejar kemampuan nuklir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun