Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Memahami "Permainan Catur" ala Xabi Alonso

2 April 2024   14:32 Diperbarui: 3 April 2024   13:59 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Bayer Leverkusen Xabi Alonso merayakan kemenangan atas SC Freiburg pada laga Bundesliga, 17 Maret 2024. Alonso membawa Leverkusen memuncaki Bundesliga, dengan rekor tak terkalahkan sepanjang musim. (TOM WELLER/DPA VIA AP)

Setelah sempat jadi spekulasi dalam beberapa pekan terakhir, pada Jumat (29/3) lalu Xabi Alonso memutuskan bertahan di Bayer Leverkusen. Seperti diketahui, pelatih asal Spanyol ini dikaitkan dengan kursi pelatih Bayern Munich dan Liverpool, dua klub yang pernah dibelanya semasa bermain.

Keputusan ini sepintas terlihat logis, karena Leverkusen berpeluang juara Bundesliga Jerman dan DFB Pokal, plus masih bersaing di Liga Europa. Ditambah lagi, Die Werkself masih belum terkalahkan di berbagai ajang.

Tapi, keputusan Alonso ternyata tak lepas dari kritik, terutama dari pundit sepak bola Inggris seperti Richard Keys dan Joe Cole (eks pemain Chelsea dan Liverpool). Keduanya menganggap, eks pemain Real Madrid itu sudah melewatkan kesempatan emas untuk melatih klub besar.

Richard Keys bahkan tanpa basa-basi menyamakan performa hebat Bayer Leverkusen bersama Alonso seperti sensasi Leicester City di Liga Inggris musim 2015-2016. Tak cukup sampai disitu, sang pandit juga menyematkan julukan "Bayer Leicester-Kusen" untuk memperkuat opininya.

Xabi Alonso, pelatih Bayer Leverkusen asal Spanyol (Goal.com)
Xabi Alonso, pelatih Bayer Leverkusen asal Spanyol (Goal.com)

Secara kasat mata, ini adalah satu pendapat normal, terlepas dari kebiasaan media dan pandit sepak bola Inggris yang terkenal punya omongan superpedas. Pelatih yang berani melewatkan kesempatan emas seperti ini benar-benar terlihat sangat sembrono.

Padahal, kalau dilihat lagi, keputusan "tidak populer" eks maestro lini tengah Timnas Spanyol ini adalah satu langkah strategis, seperti halnya manuver taktis dalam permainan catur.

Sebagai pelatih muda yang sedang naik daun, Alonso tampaknya banyak belajar dari kasus yang pernah terjadi pada Andre Villas Boas, sekitar sedekade silam. Seperti halnya Alonso, pada awal kemunculannya di kompetisi level atas Liga Portugal, AVB juga mencuat sebagai salah satu pelatih muda berbakat di Eropa. Label itu makin kuat, tak lama setelah membawa FC Porto meraih aneka prestasi.

Pada musim tunggalnya di Estadio Do Dragao, pelatih kelahiran tahun 1977 itu sukses mengawinkan titel Liga Portugal, Taca de Portugal, dan Liga Europa musim 2010-2011.

Andre Villas Boas saat melatih Zenit Saint Petersburg (Skysports.com)
Andre Villas Boas saat melatih Zenit Saint Petersburg (Skysports.com)
Hebatnya, The Dragons sukses dibawanya mencatat rekor tak terkalahkan di liga. Sebuah capaian yang masih berpeluang dicatat Alonso bersama Bayer Leverkusen di Bundesliga Jerman musim 2023-2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun