Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lawang Sewu

23 Februari 2019   11:38 Diperbarui: 23 Februari 2019   12:08 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kukatakan aneh, karena tadi aku benar-benar yakin baru saja turun dari tangga kereta api. Dan harusnya aku tiba di stasiun tujuan pukul...

Astaga! Kenapa aku tidak menyadari hal ini sejak awal? Perjalanan tempuh dari kota tempat tinggalku menuju Kota Semarang memakan waktu 8 jam. Jika kereta api yang kutumpangi berangkat pukul 19.15 WIB, seharusnya aku tiba pada kisaran pukul 03.15 WIB. Tapi petugas kereta api membangunkanku dua jam lebih cepat sebelum jadwal kedatangan. 

"Aku yang memajukan waktu perjalananmu, Nyonya," suara pria tak kukenal itu membuyarkan isi kepalaku. Kali ini aku memberanikan diri menatapnya lekat-lekat.

"Jadi Anda pula yang mengirim tanda lewat dedaunan menggunakan Aksara Jawi Kuno itu?" aku memicingkan sebelah mata. Pria itu mengangguk.

"Begitulah caraku untuk menarik perhatianmu, Nyonya. Sesulih Dewi Tribuaneswari."

Pria itu mengangkat tangan kanannya. Kemudian dengan gerakan kasar menarik masker dan kacamata hitam yang dikenakannya. Lalu membuang benda-benda itu begitu saja ke atas lantai yang dingin.

Yang terlihat setelahnya adalah--sebentuk wajah mengerikan menyeringai buas ke arahku.

***

Aku berharap apa yang kualami ini hanyalah sebuah mimpi. Mimpi buruk saat aku tertidur di dalam gerbong kereta api. 

"Kukira kali ini Raden Wijaya tidak akan mampu mengambilmu kembali dari tanganku, Diajeng," pria itu tertawa terbahak-bahak. Suaranya yang berat menggema ke seluruh ruangan. Membuat deretan pintu yang semula diam, mulai berguncang hebat. 

"Ya. Sekadar mengingatkan memorimu saja. Ratusan tahun silam, Raden Wijaya telah merebutmu dariku, Diajeng. Sekaranglah saatnya aku mendapatkan kembali cintaku yang dirampas!" pria itu mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun