Beib benar.Â
Saat ini aku bukan sedang berada di sebuah stasiun. Tapi aku tengah berdiri di pusat sebuah bangunan yang sangat luas. Bangunan tua yang lengang dan terkesan--amat menyeramkan.
***
Mataku menyapu sekeliling. Ada banyak pintu berderet kokoh di hadapanku. Pintu-pintu itu dalam keadaan tertutup. Aku mencubit pipiku sendiri kuat-kuat. Terasa sakit. Hal itu menyadarkan bahwa aku sedang tidak bermimpi.
Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana tiba-tiba aku bisa berada di tempat asing seperti ini?Â
"Selamat datang di istanaku, Nyonya," sebuah suara berintonasi berat mengagetkanku. Seketika aku menoleh. Dan aku tak bisa lagi menyembunyikan rasa terkejut manakala tahu siapa yang baru saja bicara padaku.
Pria bermasker dan berkacamata hitam itu!
"Maafkan aku, Nyonya. Aku mengundangmu dengan cara yang tidak biasa. Dan aku sungguh merasa sangat tersanjung jika pada akhirnya dirimu bersedia datang memenuhi undangan istimewa ini," pria itu membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Istanamu?" gugup aku mundur beberapa langkah.
"Ya. Istanaku. Kerajaan Lawang Sewu ini adalah milikku. Aku raja yang berkuasa di sini."
Mendadak aku teringat Beib. Apa kata dia jika mengetahui aku mengalami hal aneh seperti ini?Â