***
Kau lupa. Gulir waktu adalah rahasia semesta untuk mengajarkan kata singgah.
Mimpi adalah jawaban rahasia yang disediakan semesta, ketika pertanyaan demi pertanyaan tak henti kau ajukan dalam doa. Bukan untuk hari ini, esok atau lusa. Namun, ia tiba ketika kau terlalu tua dan terlanjur lupa.
Malam tadi, dalam mimpi, mungkin saja kau menjelma menjadi seekor kupu-kupu biru. Kepak sayapmu menari mengusir terpaan udara dingin pagi. Agar kakimu leluasa menjangkau kelopak mawar, kemudian perlahan mencium aroma serbuk sari.
Esok malam, kau berubah menjadi duri dari serumpun mawar. Bertahan dalam diam, sebagai penjaga dari serbuan seekor kumbang yang akan menguras habis sari pati mawar.
Di malam yang lain, kau menjadi saksi. Dari kematian seekor kupu-kupu, atau seekor kumbang yang tertusuk duri. Menjadi saksi dari kematian serumpun mawar yang kehilangan aroma dan kehabisan sari pati.
Atau pada malam-malam yang terus berganti, kau menjadi saksi dari kematian mimpi-mimpi.
***
"Ibu datang lagi, Yah. Walau hanya mimpi."
"Sepertimu. Ibu pun rindu padamu."
"Atau, karena hari ini pernikahanku?"
"Itu pertanda kau masih memiliki Ibu, kan?"
"Ayah tak rindu?"
Kubiarkan airmatamu membasuh bisuku. Kau pasti tahu. Ibumu adalah mimpiku.
"Lupakan rinduku. Menangislah jika ingin. Airmata mungkin tak bisa menyembuhkan, tapi ia betah menemani luka!"
Curup, 24.11.2021
Zaldy Chan