Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen: Kesaksian Mimpi

24 November 2021   13:43 Diperbarui: 25 November 2021   08:10 378 48
Kau mengantarkan pagi ke kamarku. Namun, kau terlupa menghapus jejak bening di sudut matamu.

"Mimpi lagi?"

Diammu, memaksaku mengerti. Untuk membiarkan cerita bening embun, dan hening mimpi lesap ke dalam segelas kopi.

"Kau mau memelukku?"

Aku keliru. Pintaku perlahan menghancurkan tembok rapuh yang kau bangun seusai subuh. Tak perlu kuajukan tanya untuk airmatamu.

Dekap eratmu dan jejak bulir hangat yang menyusup di bahuku, adalah caramu memberitahu rasamu.

"Ayah tak pernah bermimpi?"

***
Aku belum lupa untuk bercerita kepadamu. Tapi hingga detik ini, aku masih mencari cara termudah untuk menceritakan tentang mimpiku.

Kau bisa saja mengira, mimpi seperti restoran mewah. Ketika datang dan memandang menu makanan yang dihidangkan, kau menyakini tanpa perlu mencicipi, jika sajian itu akan membuatmu senang dan kenyang.

Mungkin, kau juga menganggap mimpi seperti sebuah kedai kopi. Dengan sabar kau mencecap isi segelas kopi, berusaha menunda waktu ketika dengan lamban mereguknya hingga tetesan akhir berujung tandas.

Kau pasti tak ingin sepasang matamu dan lidahmu, begitu cepat menemukan kumpulan ampas yang berdiam tenang di dasar gelas.

Terkadang aku ingin berucap, mimpi seperti pedagang di sebuah pasar pagi. Menampilkan wajah-wajah ramah yang berseri disertai senyuman saat menyapa pembeli, menjadi cara terbaik untuk menyusun ulang keinginan yang dititipkan hening sejak pergantian hari.

Atau, harus memilih melupakan keinginan berwujud mimpi, ketika kesepian lalu lalang datang dan pergi menggantikan kehadiran pembeli. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun