Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hati Perempuan (Bagian 3: Mereguk Sisa Cinta)

27 Februari 2020   08:52 Diperbarui: 27 Februari 2020   09:00 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          "Aku bukan laki-laki yang pantas untukmu Lisa. Hidupku masih belum mapan. Apalagi aku bermasalah juga dengan kemampuan seksualku. Aku belum mampu memuaskan pasanganku," tutur Dion pelan sambil menatap lembut Khalisa . "Apa yang  membuatmu tertarik padaku? Coba kamu pikirkan lagi. Aku tidak layak untuk kamu cintai."

Kelemahanmu dan kekuranganmu itulah yang membuatku ingin terus bersamamu, batin Khalisa. Aku ingin melakukan sesuatu yang bisa membuatmu kembali merasa berharga dan layak dikagumi sebagai lelaki sejati. Aku ingin menyembuhkan luka-lukamu itu. Di situlah daya tariknya. 

Khalisa sungguh ingin membebaskan Dion dari masalah-masalahnya. Jika ia berhasil melakukannya akan timbul rasa puas yang tak terkatakan. Merasa dibutuhkan dan menjadi orang yang paling berjasa dalam kehidupan Dion. Seakan ia ingin menebus kesalahannya di masa lalu. Ingin menyelamatkan Bapak yang terus menerus dikalahkan oleh Ibu.

Dominasi Ibu terhadap Bapak membuatnya merasa tak nyaman. Khalisa kasihan pada Bapak tapi sebagai anak kecil ia tak bisa berbuat apa-apa. Dalam pandangannya sebagai anak-anak, Bapak adalah sosok yang hebat dan harus bisa dibanggakan di depan teman-temannya. 

Tapi apa yang dilihatnya setiap hari membuatnya kehilangan kebanggaan itu. Ibu selalu mau menang sendiri. Suka mengatur dan memerintah Bapak. Rumah tangga dikontrol dan dikendalikan sepenuhnya oleh Ibu. Bapak hanya menurut meski kerap mengeluh. Mengalah demi menjaga ketentraman rumah tangganya. 

Khalisa menyimpan keinginan yang begitu kuat untuk bisa mengungguli Ibunya. Ia bertekad akan bersikap lebih baik kepada laki-laki. Ia akan melakukan apa yang tidak bisa dilakukan Ibunya. Tanpa sadar ia telah memposisikan diri sebagai penyelamat bagi lelaki bermasalah. Itu sama dengan yang terjadi pada mantan suaminya dulu. 

Ia memilih seorang laki-laki yang membutuhkan pertolongan dan sepertinya bergantung padanya.Dengan begitu lelaki itu tidak ingin meninggalkannya. Ketergantungan laki-laki itu kepadanya menimbulkan rasa menguasai yang ia butuhkan.

Orang lain melihat Khalisa telah menyia-nyiakan hidupnya hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya baik. Ia ingin membangkitkan kembali Bapaknya dan menunjukkan bahwa dirinya merupakan perempuan yang lebih baik dari pada Ibunya. Di balik semua itu, Khalisa memiliki keinginan agar bisa diselamatkan juga. 

Jadi ia mengira setelah berjuang sendirian menghidupi keluarga maka ketika suaminya telah menyelesaikan kuliahnya bisa menggantikan perannya sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Sayangnya harapan itu tak pernah terwujud. Adi memilih tetap menjalani peran sebagai orang yang  harus  selalu diselamatkan.  

Mestinya Khalisa menyadari bahwa hubungan mereka tidak sehat ketika pernikahan mereka menginjak tahun ke lima tapi entah kenapa ia bertahan hingga tahun ke sepuluh. Baru disadari apa yang dikatakan Bu Dimeng dulu memang benar. Ad bukan laki-laki yang baik untuk menjadi suaminya.

       "Kenapa diam saja ?" Dion menunggu jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun