Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hati Perempuan (Bagian 3: Mereguk Sisa Cinta)

27 Februari 2020   08:52 Diperbarui: 27 Februari 2020   09:00 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada lagi suara kecuali desahan nafas dan  hembusan angin dari pendingin ruangan. Detak jam tangan Dion yang diletakkan di dekat lampu tidur pun terdengar semakin jelas.Waktu bergerak terus tapi mereka hanya bisa merebahkan diri menatap kosong ke langit-langit kamar. Terbawa oleh pikiran masing-masing sampai akhirnya sama-sama terlelap.

Esok paginya mereka terbangun dengan wajah segar. Ketika Dion masuk ke kamar mandi, Khalisa ikut juga. Berbasah-basah di bawah shower lalu melanjutkan setengah permainan cinta yang tak biasa. Dion menyerap semua rasa yang menguap dari setiap pori-pori tubuh perempuannya. Menikmatinya diiringi desah-desah karena terpuaskan dahaganya oleh penyatuan diri yang dalam.

      "Kamu menikmatinya ?" Dion menyembunyikan kekalahannya dari Khalisa.

      "Hmm..Ya.. Kamu membuatku hijrah ke dunia lain. Dunia fantasi yang hanya jadi milik kita berdua," sahutnya mencoba menentramkan hati lelaki penuh luka itu.Semoga ia segera menjadi lelaki sempurna yang mampu menuntaskan hingga akhir permainan.

Usai mandi dan berpakaian, Dion mengajak Khalisa mencari makan di luar. Memilih tempat yang dekat dengan hotel dan menemukan sebuah caf kecil yang baru buka ketika mereka sampai di sana. Mereka  cuma minum kopi dengan creamer dan makan pancake berisi buah-buahan. Cukup untuk mengisi perut di pagi hari.

Dion akan kembali lagi ke Jakarta siang nanti. Usai dari caef itu keduanya masih kembali ke hotel. Bermalas-malasan di tempat tidur. Berbaring tiduran sambil berpelukan dan sesekali berciuman. Setiap kali kulit mereka bersentuhan  getar-getar rasa itu pun kembali terbangkitkan. Ingin menghindar mengingkari dahaga jiwanya namun lagi-lagi kalah dan harus menyerah. 

Bergumul meresapkan dahaga yang menumpuk sekian lama seolah tak pernah terpuaskan.  Mengawali permainan baru berharap tuntas meraih serambi surga ketika jiwa melayang sesaat sebelum menyentuh raga dan menyatu kembali. Sayangnya memang Dion selalu kalah di tengah permainan lalu Khalisa tak bisa melanjutkan sendiri menggapai pelepasan dahaga jiwa.

       "Maafkan aku sayang," bisik Dion diliputi rasa bersalah.

Setelah check out dari hotel, Dion mengajak Khalisa makan siang di rumah makan Sunda di dekat terminal Baranang Siang. Lahap sekali Dion menikmati makanannya disertai lalap daun-daunan hijau.  Khalisa menyebutnya sebagai makanan kambing tapi Dion hanya tertawa. Meski sudah lama di Bogor, Khalisa tak pernah tertarik mencoba lalapan daun-daun yang tidak biasa ditemui di Jawa.

Dion berniat  kembali ke Jakarta naik kereta api. Karena itu Khalisa mengajaknya naik angkot sampai di stasiun. Di sana dia  berpamitan dengan tatapan mata kehilangan. Keduanya bertatapan sejenak sebelum Dion berjalan menjauh hingga hanya kelihatan punggungnya memasuki gerbong kereta api. 

Begitu kereta api berjalan meninggalkan stasiun, Khalisa ke luar mengejar angkot. Dua kali naik angkot untuk sampai ke tempat kosnya. Kalau ditanya ibu kos, ia akan bilang tadi malam menginap di rumah Rosa temannya yang tinggal di Perum Bukit  Asri Ciomas. Mudah-mudahan saja ibu kos tidak bertanya macam-macam. Dia akan kesulitan menjawabnya karena harus membuat kebohongan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun