Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menuju Ke Tempat Yang Jauh

19 Oktober 2017   05:31 Diperbarui: 27 Mei 2021   15:07 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iya. Kalau sosok manusianya sudah ada ya pasti bahagia lah. Tapi sebelum Fatia ada, kalian berdua juga sebenarnya sudah bahagia kan ?  Enak kan pacaran kemana-mana berdua ?  Banyak hal yang bisa kamu banggakan juga kan dari kehidupan pernikahan kalian ?  Tapi karena mertua kamu sibuk tanya-tanya terus soal cucu, kamu jadi harus berjuang keras, konsultasi kesana kemari, ikut pengobatan alternatif supaya cepat hamil, padahal pernikahan kalian belum ada setahun. Seolah sudah menjadi kewajiban untuk pasangan yang menikah untuk harus langsung hamil. Seolah pernikahan itu hanya untuk memperbanyak jumlah manusia di bumi."

"Iya, mertua aku itu soalnya ditanya-tanya terus sama orang-orang.  Mana nih bu, menantunya belum hamil juga ya ? Begitu."

"Nah itu dia. Kembali ke Undang-Undang Tetangga dan Kerabat. Belum lagi ungkapan-ungkapan tidak masuk akal lainnya. Misalnya yang mengatakan tentang :  kalau kita menikah dengan seseorang itu, berarti kita juga menikah dengan keluarganya. Dalam artian harus cocok juga dengan mertua dan ipar. Harus banyak tenggang rasa, harus banyak mengalah, harus memikirkan kepentingan mereka. Repot kan ?"

"Ya kan memang harus begitu May. Masa kita mau ribut dan berantem dengan mertua atau ipar."

"Kita juga selama ini nggak selalu cocok dengan teman di kantor, kampus atau sekolah. Tapi nggak harus ribut kan ?  Kalau nggak cocok, ya nggak usah berteman akrab. Cari yang cocok saja untuk diakrabi."

"Tapi untuk di dalam sebuah keluarga kan nggak bisa begitu May.  Harus dicocok-cocokkan."

"Pertanyaannya, kenapa harus cocok ?  Kamu tahu kan soal twin flame ?  Atau red string ? Benang merah tak terlihat yang terhubung antara satu jiwa dengan satu jiwa lainnya ?  Benang itu kan terhubungnya dari satu orang kepada satu orang saja. Bukan dari satu orang lalu benangnya bercabang-cabang sebanyak anggota keluarganya kan ?  Jadi kalau antara menantu dan mertua tidak cocok ya wajar."

"Haduuh. Jadi seharusnya bagaimana coba ?  Dalam sebuah pernikahan, sikap kita harus bagaimana dengan keluarga pasangan ?"

"Ya kalau menurut akal sehat aku sih, harusnya biasa saja. Nggak cocok ya nggak usah akrab. Selesai. Nggak perlu memaksakan hati untuk harus akrab, harus sering ketemu, harus ini itu. Aneh. Hidup kok harus memaksakan perasaan."

"Tapi nanti kita dikatakan sombong. Nggak mau bergaul dengan saudara."

"Kalau alasannya tentang hubungan persaudaraan sih, seharusnya malah kita semua penduduk bumi ini bersaudara. Kita semua asalnya dari Adam dan Hawa kan. Jadi kenapa juga harus akrabnya hanya dengan yang satu suku, atau satu kepercayaan, atau dengan orang-orang yang ada ikatan pernikahan saja ? Hayo."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun