Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menuju Ke Tempat Yang Jauh

19 Oktober 2017   05:31 Diperbarui: 27 Mei 2021   15:07 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tapi aku sangat menikmati kok, perasaan bangga bisa memperlihatkan gaun pengantin yang indah di atas pelaminan, dan menerima tatapan kekaguman dari semua tamu yang datang."

"Di medsos juga bisa pamer foto wisata yang keren-keren kok. Kamu tinggal pakai outfit yang paling kekinian, foto di depan background yang paling instagramable, kalau perlu di tempat-tempat yang mahal dan masih jarang dikunjungi orang. Bangga juga kan ?  Ya memang sih, kamu nggak bisa menerima secara langsung tatapan kagum dari para tamu. Tapi, apa kamu yakin tuh, semua tamu yang datang itu benar-benar murni menatap kamu dengan kagum ?  Nggak ada yang iri atau bahkan dengki ?  Kagum saja begitu ?  Tanpa embel-embel nyinyir atau kritikan apapun tentang detail make-up, gaun, dekorasi, catering, gedung dan lainnya ?  Menatap kagum tanpa membahas hal lain yang menyangkut kamu atau suami kamu ?"

"Hmm ..."

"Minimal kalaupun di medsos kamu pasang foto bulan madu super romantis lalu dinyinyirin juga, tetap saja kamu menang lebih banyak. Bahagianya dapat, bangganya dapat, romantisnya dapat, foto kenangan di berbagai lokasi dapat, refreshingnya dapat, belanjanya dapat, dalam jangka waktu berhari-hari pula. Dibandingkan kalau seratus juta itu hanya untuk menyelenggarakan pesta dua jam berdiri di pelaminan tetapi stressnya sampai berbulan-bulan sebelumnya."

"Ya ... tapi kan kita tetap harus memberitahukan peresmian pernikahan kita ke orang lain. Sebagai wujud syukur dan bahagia."

"Nah, yang menentukan kalau perwujudan syukur dan bahagia itu harus dalam bentuk memberi makan ke orang lain itu siapa ?  Kalau memang niat mau beramal dengan membagikan makanan, kenapa nggak kamu berikan saja uang seratus juta itu ke rumah yatim piatu ?  Pada kenyataannya kan  orang-orang yang kamu undang itu rata-rata dari kalangan mampu yang nggak terlalu butuh diberi makan. "

"Ya tapi kan aku punya teman dan keluarga yang harus diberi kabar. Mohon doa restu."

"Sekarang jaman teknologi canggih. Mohon doa restu kan bisa lewat media online."

"Masa cuma lewat medsos?  Kesannya nggak sopan kan ?"

"Nah itu dia. Siapa yang membuat aturan bahwa orang yang mampu harus membuat acara makan bersama dengan tetangga dan kerabat saat menikah supaya terlihat sopan ?  Standar darimana itu ?"

"Dari ... ya dari dulunya sudah begitu sih ..."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun